Tuesday, February 19, 2013

6 Cara Sikapi Evaluasi Kerja yang Buruk

Dalam hitungan beberapa bulan atau tahun sekali, kinerja Anda di kantor akan dievaluasi oleh atasan. Tak jarang hasil evaluasi ini tak sesuai dengan harapan Anda. Evaluasi dan penilaian buruk dari atasan terhadap kinerja ini biasanya akan membuat Anda down atau malah menyerah. Padahal seharusnya evaluasi ini menjadi motivasi bagi Anda untuk bekerja lebih baik lagi. Tetapi bagaimana cara mengatasi perasaan down setelah evaluasi kerja yang tak memuaskan?

1. Tarik nafas dalam-dalam

Penilaian buruk terhadap kinerja pasti akan membuat Anda sedih. Akibatnya, Anda jadi ingin menangis atau justru menyerang balik atasan. Kendalikan perasaan dan profesionalitas Anda, paling tidak sampai evaluasi berakhir dan sudah di luar kantor. Tarik nafas dalam-dalam agar lebih tenang dan bisa mengendalikan emosi.

Anda bisa saja membiarkan atasan tahu tentang perasaan terkejut atau kecewa, tapi jangan biarkan ia tahu bahwa Anda merasa emosional atau defensif terhadap mereka. "Cobalah posisikan diri Anda sebagai bos yang ingin memacu karyawannya untuk lebih hebat bekerja. Karena sebenarnya, tujuan utama dari evaluasi ini bukan untuk membuat Anda merasa nyaman, melainkan untuk membuat Anda lebih baik dalam bekerja," ungkap Jodi Glickman, penulis buku Great on the Job: What to Say, How to Say It. The Secrects of Getting Ahead.

2. Tanyakan kemajuan yang diinginkan secara spesifik

Untuk meningkatkan kembali kinerja, tak salah jika Anda meminta saran kepada mereka. Daripada bertanya tentang apa yang harus Anda lakukan untuk meningkatkan kinerja, Glickman menyarankan untuk bertanya tentang kemajuan seperti apa yang diinginkan kantor Anda dengan lebih spesifik.

Misalnya, "Kemajuan seperti apa yang diinginkan kantor kepada saya?", "Tantangan seperti apa yang akan diberikan kantor untuk saya, agar saya bisa membuktikan bahwa saya mampu?" atau "Menurut Anda siapa orang yang bisa melakukan pekerjaan ini dengan sangat baik? Mungkin saya bisa bertanya, sharing, dan mencontoh kinerjanya agar bisa lebih baik."

3. Dengarkan perasaan, bukan hanya kata-kata

Jangan buru-buru menilai atasan Anda kejam atau tak menyukai Anda. Bisa jadi, penilaian ini diberikan untuk membuat Anda lebih hebat lagi. Bedakan saja dari nada suaranya. "Jangan hanya mengenali seseorang dari kata-kata yang diucapkannya, tapi cobalah lebih peka pada nada suaranya. Karena setiap orang ingin didengar dan dipahami bukan hanya secara logis tapi juga secara emosional," ungkap Rick Kirschner, penulis buku How to Click with People: The Secret to Better Relationships in Business and in Life.

Biasanya ada nada kecewa dan sedih saat ia menilai buruk pekerjaan Anda, namun di sisi lain ada nada penuh harap yang menggambarkan bahwa ia berharap banyak dan yakin pada kemampuan Anda dalam bekerja.

4. Ucapkan terima kasih

Sekalipun Anda tak setuju dengan penilaiannya, tak ada salahnya untuk mengucapkan terima kasih. "Ucapkan terima kasih karena ia sudah bersedia duduk bersama dengan Anda dan mengungkapkan pemikirannya," jelas Glickman. Ucapan terima kasih ini menunjukkan Anda memiliki hati yang lapang dan bisa menerima kritik dari orang lain. Selain itu, ini juga menjadi salah satu bentuk profesionalitas Anda dalam bekerja.

5. Katalis perubahan positif

Meski agak sulit untuk menerimanya, namun cobalah ambil sisi positif dari setiap kejadian. Tali Sharot dalam bukunya yang berjudul The Bias Optimisme: A Tour of the Irrationally Positive Brain, mengungkapkan bahwa persepsi Anda tentang segala sesuatu yang buruk akan membawa Anda kepada hal-hal buruk. Misalnya, saat Anda berpikir bahwa Anda tidak mampu mengerjakan tugas, maka Anda akan benar-benar tidak bisa melakukannya.

"Prediksi tentang suatu hal tidak hanya mengubah persepsi kita tapi juga akan memodifikasi tindakan yang dilakukan," tulisnya. Sebaliknya, jika berpikir lebih positif, dan berpikir bahwa penilaian itu sebagai sebuah katalis untuk perubahan positif dalam karier, hasilnya Anda bisa bekerja lebih baik dan positif.

6. Buat target baru

Roy F. Baumeister dan John Tierney, penulis buku Willpower: Rediscovering the Greatest Human Strength mengungkapkan bahwa kunci utama kekuatan manusia terletak pada kemampuannya dalam menentukan tujuan jangka panjang. "Target jangka panjang dalam karier akan membantu Anda untuk bertahan. Tentukan target dalam karier Anda kemudian rencanakan bagaimana cara untuk meraihnya," saran Baumeister.

Tinggalkan fleksibilitas Anda (karena Anda harus bekerja sesuai rencana dan fokus) dan antisipasi semua kemungkinan terjadinya hambatan dan kemunduran. Baumeister menginstilahkan kemauan itu seperti otot tubuh; semakin sering Anda menggunakannya, maka semakin kuat juga otot Anda.
(Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments:

Related Posts with Thumbnails