Friday, December 30, 2011

9 Resolusi Proaktif untuk Karier Cemerlang

Tahun segera berganti. Waktunya Anda memulai perencanaan karier agar lebih baik lagi di tahun depan. Anda bisa mengadopsi saran yang diberikan Shelly Gorman, direktur managemen karier dari UNC Kenan-Flagler Business School, tentang beberapa resolusi proaktif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan karier Anda.
1. Cek kembali manajemen karier Anda.
Untuk memastikan Anda berada pada jalur karier yang tepat untuk Anda, maka tak ada salahnya untuk mengecek kembali dan intropeksi diri Anda dengan pertanyaan seperti, "Dalam pekerjaan ini apakah saya bisa sepenuhnya memanfaatkan keahlian saya?", "Apa visi lima tahun saya ke depan, dan apakah karier saya yang sekarang bisa mewujudkan hal ini?", "Apakah saya menikmati apa yang saya lakukan sekarang ini?"
2. Miliki pola pikir proaktif.
Terkadang banyak orang yang terperangkap untuk selalu menunjukkan nilai dan kemampuan mereka, tapi sayangnya mereka tidak pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan karena mereka tidak berpikir proaktif dan malu bertanya. Dalam manajemen karier, menjadi rendah hati dan proaktif memang sangat dibutuhkan.
3. Temukan "merek" Anda dan "jual diri" Anda.
Seringkali, banyak orang tidak mampu "menjual diri" mereka dengan baik ketika mencari pekerjaan baru atau bersaing untuk mendapatkan posisi baru di kantor mereka saat ini. Temukan berbagai hal yang menjadi kekuatan Anda dalam bekerja. Setelah Anda menemukan kekuatan diri, Anda akan lebih mudah mengkomunikasikan keterampilan, potensi, dengan pekerjaan yang akan Anda lakukan.
4. Memotivasi diri.
Untuk mendapatkan posisi dan karier yang lebih baik lagi maka Anda tak boleh berhenti untuk tetap belajar dan memotivasi diri. Ambillah sebuah kelas keterampilan atau kembali ke bangku kuliah untuk mengembangkan keterampilan dan memajukan karier Anda tanpa mengganggu pekerjaan Anda.
5. Membangun networking.
Tak bisa dipungkiri bahwa adanya jaringan atau networking bisa berpengaruh pada peningkatan karier Anda. Terutama jika pekerjaan Anda berhubungan dengan orang lain dan membutuhkan adanya hubungan dengan orang lain. Namun Gorman mengatakan, bahwa sebenarnya networking ini hanyalah sebagai alat pendukung untuk melakukan pekerjaan Anda, bukan sepenuhnya dapat membantu Anda mendapatkan pekerjaan.
6. Terus belajar.
Jangan pernah malu untuk tetap terus belajar dari orang lain yang lebih sukses untuk membantu membangun kemajuan karier Anda. Namun, jangan hanya belajar dari satu orang saja, ada baiknya untuk belajar dari beberapa orang sukses sekaligus. Karena dengan berkonsultasi pada beberapa orang sekaligus, Anda dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan dari berbagai sudut pandang.
7. Jangan terlalu banyak berasumsi.
Jangan biarkan asumsi negatif Anda tentang industri atau posisi pekerjaan tertentu menghambat kemajuan karier Anda. Jika kebetulan Anda ditawarkan untuk mengisi posisi jabatan baru, maka jangan terlalu berasumsi negatif. Sebaiknya lakukan beberapa penelitian sederhana tentang pekerjaan tersebut dan posisinya agar Anda bisa melakukannya dengan baik. Jangan mudah menyerah dan pesimis sebelum Anda mencobanya karena terpengaruh berbagai asumsi negatif.
8. Buatlah perencanaan pengelolaan karier.
Buatlah rencana manajemen karier Anda lengkap dengan tolok ukur dan metrik rencana kerja. Hal ini bertujuan untuk membantu visi kerja Anda tetap berada di jalur yang tepat. Selain bekerja, buatlah rencana untuk menghadiri berbagai pertemuan untuk menjalin relasi dengan orang lain sekaligus bisa membantu Anda untuk berpikir proaktif. Seringkali, orang-orang terlena dengan menjalankan kehidupan yang mengikuti arus. Padahal, waktu Anda akan lebih bermanfaat dan menyenangkan, karier pun semakin naik kelas, jika Anda memiliki rencana tertentu pada karier dan hidup.
9. Jadilah teman yang baik untuk diri sendiri.
Kita seringkali mengandalkan teman baik untuk mendapatkan nasihat. Jika Anda begitu yakin dengan nasihat sahabat Anda, mengapa tak coba melakukannya terhadap diri sendiri? Percayalah bahwa Anda bisa memotivasi diri Anda jauh lebih baik karena Andalah yang paling tahu apa yang tepat untuk Anda dan hal yang paling baik yang bisa Anda lakukan.
(Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, December 29, 2011

Anies: Gunakan Internet untuk Merajut Masa Depan

Rektor Universitas Paramadina Dr Anies Baswedan mengatakan, para pemuda seharusnya menggunakan media sosial di internet untuk merajut masa depan, bukan sekadar menjalin relasi masa lalu.
"Bagi anak muda, internet tak boleh sebatas merawat relasi masa lalu, internet harus jadi alat untuk merajut masa depan," kata Anies yang juga Pendiri Gerakan Indonesia Mengajar melalui akun Twitter-nya di Jakarta, Kamis (29/12/2011).
Menurut dia, merugilah anak muda yang menggunakan internet sekadar untuk melanggengkan pertemanan di bangku SD, SMP, SMA, dan kuliah seperti banyak dilakukan anak muda yang sangat gandrung pada Facebook, Friendster, atau media sosial internet lainnya, termasuk messenger, hingga milis (mailing list-red).  
Anak muda seharusnya rajin membangun jaringan masa depan, termasuk dengan memanfaatkan internet dan membuat jejaring dengan para pemuka di berbagai bidang di belahan bumi mana pun.
"Sudahkah bangun networking dengan para ahli terkemuka di bidang Anda? Ikutkah Anda  di milis-milis dunia atau 'virtual exchanges' di bidang Anda?" katanya.
Gunakan internet untuk mendekatkan diri dengan pusat-pusat kemajuan, ujarnya, bukan sebaliknya malah mengisolasi diri dalam lingkar pergaulan masa lalu.
Sebelumnya pada Pembukaan Pesta Blogger 2011, Anies juga pernah menyatakan harapannya kepada komunitas online agar dapat membangun optimisme bangsa melalui tulisan-tulisan di blog berhubung media "mainstream" Indonesia akhir-akhir ini dilanda pandangan bernada pesimis.
Menurut dia, pesimisme itu dapat dilawan oleh komunitas online di Tanah Air, khususnya melihat potensi pertumbuhan era digital yang kian tinggi di Tanah Air dan membuka kesempatan besar bagi generasi internet di Indonesia untuk membangun sisi optimisme bangsa.
"Dengan mengisi blog ataupun media sosial dengan pesan-pesan positif, kita memenuhi persyaratan untuk optimis. Cara pandang optimis selalu melihat kesempatan dalam kesulitan, berbeda dengan cara pandang pesimis yang selalu melihat kesulitan dalam kesempatan," ujar Anies.
(Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, October 19, 2011

4 Kualitas yang Atasan Harus Punya

Posisi baru sebagai atasan berhasil Anda dapatkan. Posisi penting ini harus dijalankan lebih baik dengan kualitas diri terbaik.

Sebelum memulai tugas baru, simak kembali pesan Jeffrey J Fox, dalam bukunya How To Become A Great Boss. Menurut Jeffrey, ada empat ciri pemimpin hebat:

1. Si atasan tidak takut untuk tidak tahu segalanya, atau untuk tidak tahu sesuatu. Artinya, ia mau terus belajar, bahkan dari bawahan.

2. Si atasan memberikan kesempatan kepada staf untuk berpikir sendiri dan berdiri sendiri. Kepercayaan menjadi salah satu kunci sukses keberhasilan tim kerja di kantor.

3. Si atasan tidak pernah merasa tahu segalanya. Sikap mau mendengarkan juga penting dimiliki atasan. Ini akan menimbulkan perasaan nyaman di level bawah.

4. Si atasan mengerti bagus bahwa orang-orang yang bagus dalam bekerja, tahu pekerjaannya. Pemahaman yang baik mengenai kualitas personal dalam tim membuatnya lebih obyektif dalam memberikan penilaian terhadap anggota timnya. (Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, September 19, 2011

Rahasia Sukses Orang Jepang

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam
kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama.
Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran.
Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa
gagal menjalankan tugasnya.
Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas.
Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan.
Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun
norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme
berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan.
Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, mungkin kita sedikit heran dengan banyaknya
orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam
19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum
tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.
Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan
orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.
Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai
tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk.
Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa
mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang
menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke
luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.
Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah.
Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita.
Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata Jepang tidak habis.
Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir
tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era berikutnya.
Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya.
Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran.
Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk
materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.
Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan
dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb).
Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684,
seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman
modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa
minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.
Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok.
Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, namun 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok".
Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Bahkan seorang anak TK sudah harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya.
Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua.
Biasanya mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan
sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang nantinya akan mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan
budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang
Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang.
Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya.
Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia.
(Milis apik)

Friday, July 08, 2011

Dialog Sokrates: kebenaran, kebaikan, dan kegunaan

Suatu hari di jaman Yunani kuno, datang kepada Socrates (seorang filsuf besar di jaman itu) dan berkata:

"Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," jawab Socrates,

"Sebelum Anda menceritakan apa pun pada saya, saya akan memberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple Filter Test?""Benar," kata Socrates."

Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test".

"Filter pertama adalah KEBENARAN. Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

"Tidak", jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata Socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN.

Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya...."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar.

Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada satu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN.

Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi", Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar, sesuatu yang buruk, dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates diakui sebagai filsuf besar dan sangat dihormati.

Sumber: Diambil dari milis Budaya Nilai KWI (diposkan oleh Sdri. Inri)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, February 02, 2011

Dendam Positif

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an.


Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokan yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan segera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan: "Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur!"

Suara itu berasal dari mulut seorangi nsinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut. Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus.

Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar. Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran, tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat itu masih dikendalikan oleh manajeman Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya. Ia lalu bertanya-tanya: Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?
Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur ?

Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka? Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya. Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan"DENDAM POSITIF".

Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya. Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari. Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya.

Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya. Buah kerja kerasnya menggapai hasil. Ia akhirnya bisa lulus SMA.

Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu.

Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi. Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan. Selanjutnya ia pulang
kenegerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya. Apakah sampai di situ saja.

Tidak, karirnya melesat terus. Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain.

Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur. Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.

Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata; "Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu"

Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini: "Aku ingin berterimakasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu. Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini."

Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan. Lalu apakah ceritanya sampaidi sini?

Tidak. Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.

Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya? Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company)perusahaan minyak terbesar di dunia.

Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.

Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.

Tahukah kisah siapa ini? Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011) menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.

Itulah kekuatan"DENDAM POSITIF"

Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita. Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.

Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya.

Apakah ingin hancur karenanya? Atau bangkit dengan semangat "Dendam Positif."

(dari buku Dendam Positif karya Isa Alamsyah dan Asma Nadia).


Related Posts with Thumbnails