Friday, April 08, 2016

PSIKOLOGI: Penyesalan (AGUSTINE DWIPUTRI)

Dalam hidup adakalanya timbul penyesalan mengenai suatu tindakan yang kita lakukan, misalnya kita telah ingkar janji kepada seseorang; telah menyakiti hati ibu; memilih tempat kerja yang keliru; atau tidak berhasil mendapat beasiswa. Biasanya perasaan tersebut kemudian menghambat kita dalam melangkah ke depan. Bagaimana tindakan kita agar bisa meminimalkan rasa tersebut?

Marc Muchnick (2011) dalam bukunya,No More Regrets, mengatakan bahwa penyesalan berkaitan dengan segala hal yang telah kita lakukan, tetapi kita berharap tidak melakukannya atau ketika kita gagal melakukan sesuatu padahal kita berharap dapat melakukan. Keduanya sama-sama menghasilkan ketidakbahagiaan atau kekecewaan. Dengan kata lain, penyesalan adalah semua hal yang kita lakukan ataupun yang tidak kita lakukan. Oleh karena itu, penyesalan adalah tentang perilaku dan perasaan kita mengenai ketidakbahagiaan atau kekecewaan, yang berkaitan dengan perilaku tersebut.

Memahami penyesalan sebagai hasil dari perilaku kita berimplikasi langsung pada bagaimana kita membuat keputusan. Biasanya kita membawa sejumlah elemen dalam kerangka pengambilan keputusan kita, seperti waktu, konteks, kesempatan, dan biaya. Bagaimana kita akan merasakan sesuatu tentang keputusan setelah dibuat, apa yang akan menjadi dampak, dan sebagainya.

Penyesalan dan kesalahan

Perlu diingat bahwa penyesalan tidak selalu sama dengan kesalahan. Kita bisa belajar banyak dari kesalahan kita, tetapi tidak perlu harus menyesalinya. Bahkan, dalam kenyataannya, beberapa pelajaran terbaik dalam hidup berasal dari membuat kesalahan. Pada dasarnya, penyesalan dan kesalahan kita dapat berbeda melalui perasaan positif atau negatif yang kita hubungkan dengan tindakan tertentu. Sementara kita semua masih akan bertindak salah, maka kuncinya adalah menghindari membuat kesalahan yang akhirnya kita menyesal.

Lebih lanjut Muchnick mengatakan, meskipun sumber-sumber penyesalan adalah unik bagi setiap orang, ada aspek tambahan dalam memahami penyesalan, yaitu terdapatnya beberapa tema umum pada penyesalan, di antaranya:

- Kita terjebak dalam berbagai kebiasaan dan menjadi tahanan bagi rasa penyesalan kita.

- Kita mengandalkan banyak hal atau orang lain.

- Kita mengorbankan otentisitas (keaslian) kita.

- Kita berhenti tumbuh, belajar, dan berkembang.

- Kita menjadi terlalu mementingkan diri sendiri, tidak sensitif, dan menghakimi.

Mengurangi munculnya penyesalan

Dari sekian banyak cara yang ditawarkan Muchnick, pertama yang harus dilakukan adalah keluar dari berbagai kebiasaan yang Anda lakukan. Terdapat beberapa langkah untuk menjalani hal utama ini:

1. Berhenti melakukan hal yang tidak berguna.

Jangan berharap hidup menjadi berbeda jika Anda tetap melakukan apa yang selalu Anda lakukan. Apakah Anda berada dalam suatu hubungan yang buruk, pekerjaan yang salah, atau tempat dalam hidup Anda di mana Anda merasa terjebak, milikilah keberanian untuk mengubah dan menghentikan hal-hal yang merugikan Anda. Bebaskan diri dari penyesalan terhadap kondisi Anda dan ambillah arah baru yang berguna untuk Anda.

2. Pilih satu hal untuk memulai.

Lebih baik melakukan satu hal secara sungguh-sungguh daripada banyak hal secara buruk. Ketika melihat daftar hal-hal yang harus Anda lakukan, jangan mencoba untuk mengerjakan semuanya sekaligus. Sebaliknya, pertimbangkan satu hal pada daftar yang akan memberikan kepuasan terbesar dan paling efisien untuk waktu yang Anda gunakan. Kemudian pilih titik awal sehingga Anda dapat mulai bekerja menuju sukses. Ini akan membantu Anda merasa berenergi karena Anda akan memiliki strategi untuk bergerak maju dan tidak akan lagi merasa terjebak.

3. Berdamai dengan diri sendiri.

Penyesalan dapat bertahan kuat pada diri seseorang. Maka kuncinya adalah belajar bagaimana melepaskan diri dari cengkeramannya. Misalnya dengan meyakini bahwa saya tidak lagi terbebani oleh penyesalan yang berat karena saya telah melepaskan beban emosional saya dari kegagalan mempertahankan perkawinan. Ketika menghadapi hal yang menyiksa, hentikan gejolak batin. Berikan diri Anda izin untuk menjadi tidak sempurna dan tidak menyalahkan diri sendiri atas situasi yang tidak bisa Anda kendalikan. Berdamailah dengan diri sendiri dan atur diri Anda agar bebas dari masa lalu.

4. Ubah kesulitan menjadi peluang.

Jika kemudian Anda dihadapkan pada kesulitan, pikirkan bagaimana Anda dapat mengubahnya menjadi sebuah kesempatan. Pertimbangkan cara yang unik dan inovatif dalam mencari solusi. Lihatlah kemungkinan untuk sukses sebagai lawan dari kegagalan. Yakin pada diri sendiri dan miliki kepercayaan diri untuk merangkul situasi serta menghadapi tantangan ke depan.

5. Hindari mencari korban/menyalahkan orang.

Cara yang baik untuk memulai adalah dengan mengakui bahwa kita masing-masing memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita bereaksi terhadap situasi yang kita hadapi dalam hidup. Misalnya, jika Anda merasa tidak puas dengan pekerjaan Anda, mengalami masalah hubungan dengan orang, bagaimana Anda menangani situasi ini benar-benar tetap bergantung pada Anda. Melihat ke dalam bukannya ke luar untuk mengidentifikasi sumber sejati dari penyesalan Anda. Tahan diri dari menyalahkan orang lain, membuat alasan, dan bertindak tak berdaya. Berhentilah mengeluh, ambil tanggung jawab pribadi untuk situasi Anda dan juga untuk solusi. Ketika kita berhenti mengasihani diri kita sendiri, perasaan menyesal tentang keadaan hidup kita akan mereda dan mampu melihat dunia dengan cara pandang yang lebih baik.

6. Menjauh dari orang yang "meracuni" diri.

Berada di sekitar orang "beracun" adalah suatu resep untuk penyesalan. Hindari mereka dari kehidupan Anda dan tinggal sejauh mungkin dari mereka. Sebaliknya, kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bersikap positif. Berada di sekitar mereka akan membuat Anda merasa lebih bersemangat, termotivasi, percaya diri, terinspirasi, bahagia, dan terus hidup.

Melakukan hal yang benar

Selain langkah-langkah di atas, hal lain yang juga penting diperhatikan ketika kita tengah memilih satu tindakan melampaui tindakan lainnya dalam hidup adalah selalu melakukan hal benar. Hal yang benar itu bergantung pada interpretasi individual. Ini yang menyebabkan mengapa kita harus membiarkan hati nurani kita menjadi penuntun dalam bertindak. Dalam konteks penyesalan, maka definisi dari hal yang benar mungkin paling diartikulasikan sebagai "pilihan yang tidak akan membuat Anda menyesal".

Melakukan hal yang benar adalah mampu hidup dengan berbagai keputusan Anda dalam setiap bagian kehidupan Anda. Pastikan bahwa keputusan Anda adalah sesuatu yang membuat Anda akan merasa bangga dan siap untuk tetap mendukung atau mempertahankannya. Ketika melakukan hal yang benar, Anda tidak akan pernah menyesali apa yang telah dilakukan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 April 2016, di halaman 25 dengan judul "Penyesalan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

No comments:

Related Posts with Thumbnails