Sunday, December 16, 2012

Kita Masih Tetap sangat Berharga

Dalam sebuah kelas training, seorang fasilitator memulai programnya
dengan selembar uang senilai Rp. 100.000 yang masih baru. Di dalam
ruangan tersebut, dia bertanya, "Siapa yang mau uang ini?"

Spontan para partisipan mengacungkan tangan mereka.

"Saya akan memberikan uang ini pada salah satu dari kalian, tapi apakah
kalian masih mau kalau uang ini sudah kusut?" katanya sambil
meremas-remas uang tersebut agar menjadi kusut.

Para partisipan masih tetap mengacungkan tangan mereka.

"Bagaimana kalau saya melakukan ini?" katanya sambil menjatuhkan uang
tersebut ke lantai dan menginjaknya berulang kali. Kemudian uang itu
yang sudah menjadi kusut dan kotor diambilnya kembali, "masih ada yang
mau?"

Para partisipan tetap saja mengacungkan tangan mereka.

"Kita semua baru saja mempelajari sesuatu yang sangat berharga,"
katanya, "tidak peduli apa yang saya lakukan terhadap uang tersebut,
teman-teman sekalian tetap saja menginginkan uang tersebut karena nilai
uang tersebut tidak berkurang, masih tetap 100 ribu rupiah."

"Sering kali dalam kehidupan ini kita jatuh, segala sesuatunya tidak
sesuai dengan keinginan kita, dan terpuruk dikarenakan keputusan yang
kita ambil dan juga hambatan menghadang di tengah perjalanan kita. Kita
merasa bahwa kita sudah tidak berharga lagi. Tetapi, apapun yang telah atau akan terjadi, kita tidak akan pernah kehilangan harga diri kita.
Kotor atau bersih, kacau atau teratur, kita masih tetap sangat
berharga... terutama bagi orang-orang yang mencintai kita."

Harga dari kehidupan yang kita jalani bukan datang dari apa yang kita
lakukan atau siapa yang kita kenal, tetapi dari SIAPA DIRI KITA. (N. Adhi W)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, December 03, 2012

Mengelola Hati dan Rasa Karyawan

Sangat basi bila kita masih mempertanyakan ungkapan "manusia sebagai aset terpenting" perusahaan. Hal yang perlu kita pertanyakan sekarang ini adalah sejauh mana upaya, kesiapan, dan kesungguhan kita untuk mengelola aset terpenting ini? Berapa banyak dan bagaimana kita berkompetisi untuk menginvestasikan waktu dan uang pada manusia, yang kita yakini sebagai aset terpenting, sehingga tiap individu betul-betul bisa mendorong produktivitas tim dan organisasi?

Kita tahu ada perusahaan yang memberi gaji "bersaing" serta fasilitas "wah", dengan harapan individu jadi lebih produktif, bisa menampilkan kinerja terbaik. Namun, kita bisa melihat bahwa upaya ini tidak selalu efektif untuk menumbuhkan spirit, motivasi, kepandaian, dan sikap terpuji dari karyawan. Meski sudah diberi gaji di atas rata-rata, tidak sedikit karyawan yang tetap bertingkah laku tidak produktif, tidak mandiri, tidak berani mengambil keputusan dan resiko.

Riset menunjukkan upaya semacam ini tidak ampuh menghasilkan perubahan perilaku yang bertahan lama, karena motivasinya bersifat eksternal, bukan dari dalam diri individu. Bila karena satu dan lain hal, fasilitas yang ada dihilangkan, sikap kerja karyawan bisa berbalik 180 derajat.

Di sisi lain, ada perusahaan yang penghasilan karyawannya tidak besar, fasilitas untuk karyawan tidak berlebihan, tetapi kerjasama tim, semangat karyawan dan profesionalitasnya sangat menggebu-gebu. Jadi, ada hal lain di luar kompensasi dan remunerasi yang berperan signifikan dalam membangun efektivitas organisasi dan manusia. Faktor lain itu adalah "hati" dan "rasa". 

Dalam mengelola manusia, kita memang seringkali lupa mengukur kekuatan "rasa". Padahal, sering kita kehilangan tenaga andalan karena ketidaknyamanan emosi di lingkungan kerja, karena sakit hati atau merasa tidak dihargai. Ungkapan "jangan membawa emosi" di tempat  kerja memang tidak lagi relevan. Kapasitas emosi malah menjadi barang mewah di era teknologi ini. Tim dan organisasi hanya bisa berkinerja efektif bila ada emosi positif di dalamnya. Pelanggan loyal karena ikatan emosi. Karyawan kompak karena merasa satu rasa.

Afeksi, kemampuan merasakan dan mengekspresikan "rasa" menjadi elemen penting dalam komunikasi dalam tim. Nilai-nilai penting yang menjadi jiwa organisasi harus diekspresikan oleh atasan dalam interaksi dan proses coaching sehari-hari, sehingga karyawan bisa merasakannya.

Kejujuran, kepercayaan, respek, harga diri, keberanian, keterbukaan setiap individu dalam organisasi adalah hal-hal yang harus ditargetkan oleh atasan atau pemimpin. Tanpa ini, semua nilai tadi tertinggal sebagai kata-kata saja.

Positifkah komunikasi tim?
Penelitian Thomas Bradbury dari UCLA menemukan adanya "komunikasi positif' pada organisasi yang efektif, dalam tim yang efektif cara bersepakat, berdebat, dan mengajukan usul bernada positif. Sementara, di tim yang kurang efektif, ada lebih banyak situasi di mana orang bersikap defensif, berdebat dengan cara yang tidak produktif.

Dalam situasi beremosi positif, komunikasi ditandai adanya "passion", afeksi, humor, dan "berjiwa". Sementara di situasi beremosi negatif, orang lebih cepat naik darah, cepat patah arang; memutuskan transaksi komunikasi. Di sinilah atasan berperan penting, karena otomatis atasan sangat memengaruhi warna komunikasi dalam tim. Apakah sebagai atasan kita kerap mengeluarkan komentar bernada mengancam? Atau sebaliknya, mendorong dan me-reward komunikasi positif?

Atasan yang sadar akan perannya sebagai coach betul-betul perlu mawas diri tentang bagaimana ia memberi komentar saat mengoreksi kesalahan anak buah, bagaimana cara komunikasi dalam menengahi beda pendapat.

Kita bisa menemui organisasi di mana ketegangan bisnis tinggi, banyak perdebatan, tetapi kekompakan tetap terjaga. Dalam salah satu organisasi ini, seorang karyawannya berkomentar, "Di sini orang bisa berbeda pendapat, tetapi ini demi satu tujuan yang jelas." 

Emosi positif berkhasiat seperti "teflon" lapisan antilengket di penggorengan. Kerak dan gosong yang mungkin timbul dari tegangan tinggi atau beda pendapat tidak bakal menempel dan tertinggal. Coaching sebagai salah satu proses komunikasi penting perlu dilihat sebagai sarana bagi atasan untuk mengekspresikan "rasa" dan "emosi". Pencapaian sasaran tim, pengembangan kompetensi anak buah harus menjadi obsesi yang dikomunikasi dengan jelas, sehingga coaching betul-betul berbobot dan tidak sekadar formalitas penuh basa-basi.

Menyetel frekuensi
Seorang teman, chairman perusahaan multinasional, yang sangat passionate mengembangkan coaching culture di organisasinya, berkomentar bahwa menjadi coach yang efektif memerlukan ketrampilan interpersonal tingkat tinggi. Coaching pada dasarnya adalah interaksi komunikasi "multisensorik". Dasarnya adalah "hati" dan "keyakinan" yang digunakan untuk mengolah "rasa", yang dihasilkan dari observasi intens seluruh panca indera.

Umpan balik atau pesan, tidak semata dikatakan, tetapi diekspresikan lengkap dengan tindakan. Dengan cara ini, anak buah atau coachee tidak sekadar mendengar tapi juga merasakan. Hanya dengan coaching bernuansa komunikasi positif, anggota tim terdorong untuk berubah tanpa merasa diubah, ia akan merasa dibimbing tanpa merasa digurui, dan merasakan tumbuh tanpa dikerdilkan.

Coaching, baik langsung maupun tidak langsung, baru bisa efektif jika menjadi bagian dari kegiatan organisasi sehari-hari; bukan aktivitas yang berdiri sendiri.

Teman saya ini mengingatkan bahwa hal-hal tadi tidak bisa dicapai tanpa "tuning the frequency". Coach perlu menyesuaikan gelombangnya untuk berada pada frekuensi yang sama dengan bawahannya. Atasanlah yang harus menyetel frekuensinya, bukan bawahan yang menyesuaikan ke atas.

Alam mengajarkan melalui kapasitas jari-jari: jempol adalah pemimpin, jari lain adalah anak buah. Jempol harus bergerak mendekat, agar jari lain bisa menyentuhnya. Kalau jempol tidak mau bergerak untuk menyentuh kelingking, jangan harap kelingking bisa mendekati jempol; apalagi menyentuhnya.

Mau tidak mau atasan harus bisa beroperasi secara multi frekuensi. Ini adalah "active listening" yang dipraktekkan sepenuh hati. Inilah esensi penting dari "The Power of Coaching". Teman saya ini akan menjadi salah satu pembicara di seminar tanggal 6 Desember 2012.

(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant - Kompas .com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, November 29, 2012

Penting Dilakukan dalam "Personal Branding"

Membangun image sekaligus mempertahankannya, sama sulitnya. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

* Temukan dan asah kemampuan.
Hal pertama yang harus Anda ketahui dari diri sendiri adalah apa kelebihan diri yang bisa Anda tonjolkan? Cari tahu dan gali lebih dalam minat, bakat, kemampuan, dan keunggulan. Ingat kembali, kapan Anda merasa sangat senang melakukan sesuatu karena sangat menguasainya? Setelah tahu kekuatan yang Anda miliki, berikutnya adalah mengasah diri hingga menjadi ahli di bidang yang digeluti. Bekali diri dengan keterampilan atau teknologi terbaru yang akan memperlancar pekerjaan. Ikut kursus atau training bila perlu. Selain kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan daya jual juga bisa diasah dengan mengembangkan soft skills, seperti keterampilan presentasi, komunikasi, coaching, dan sebagainya.

* Berani beda dan jadikan trademark.
Saat Anda menjadi berbeda di tengah kumpulan orang yang sama, Anda tentu akan menjadi orang pertama yang menarik perhatian. Setelah berhasil menemukan kekuatan diri, waktunya untuk mengembangkan kekuatan itu menjadi sesuatu yang unik dan berbeda. Apalagi sebenarnya setiap orang sudah memiliki ciri khas yang berbeda dengan lainnya, misalnya gaya berpakaian, gaya bicara, atau kebiasaan tertentu. Jika perlu, jadikan perbedaan dalam diri Anda sebagai trademark.

* Tampilkan karakter.
Merasa tak punya keahlian khusus? Tenang saja, untuk membangun citra diri,  Anda juga bisa mengandalkan karakter diri. Misalnya, selama ini Anda dikenal sebagai pribadi yang ramah dan senang menolong. Gunakan itu sebagai keunggulan. Singkat cerita, ada seseorang yang selalu tergerak jiwanya untuk menolong orang lain yang sedang sakit atau kesusahan, padahal ia bukanlah seorang yang kaya raya. Sampai akhirnya setiap ia memberikan info tentang orang yang butuh pertolongan, semua orang berlomba-lomba ikut membantunya. Ini berarti ia sukses membangun branding sebagai seorang penolong yang murah hati.

* Berani ambil tantangan.
Membangun citra positif butuh waktu yang tak sedikit, harus konsisten dan siap dengan segala risiko. Diperlukan kerja keras untuk membangun image sejak dari nol bahkan lebih sulit lagi untuk mempertahakannya. Proses mencapai kesuksesan memang akan memakan waktu lama, tapi saat mengerjakan sesuatu sesuai minat tentu akan terasa lebih mudah kan?

* Eksis.
Percaya atau tidak, mau atau tidak mau untuk memiliki nilai jual yang bagus, Anda harus berani eksis. Berani menampilkan diri dalam setiap kesempatan. Tak pernah segan bertemu dengan orang-orang baru dan menjalin pertemanan baru. Karena itu, orang dengan "merek" bagus biasanya punya banyak kenalan, teman dan sahabat. Sebab mereka rajin menjalin silaturahmi dan networking, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Tak heran, jika kemudian mereka sering diburu klien, head hunter, atau sekedar "ditodong" untuk berbagai ilmu.

Yasha Chatab, pakar branding mengatakan ada dua hal yang juga penting dilakukan saat branding diri yakni, pertama mendeskripsikan dengan jelas siapa Anda dan apa tujuan Anda, agar orang lain tidak salah menilai dan mengenali Anda. Kedua, berperilaku, berucap, berkontribusi positif secara visi dan pemikiran.
(Kompas.com dicopas Kamis, 29 November 2012)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, August 01, 2012

5 Trik "Carmuk" di Depan Atasan

Selama di lakukan dengan cara yang tepat, sah saja cari muka (carmuk) atau menarik perhatian atasan. Anda bukan hanya tampil sebagai pribadi yang menonjol namun juga berprestasi, dan hal ini tentu berdampak pada penilaian kerja, bukan?

Simak cara jitu agar dilirik atasan karena profesionalitas Anda :

1. Berprestasi.

Prestasi kerja yang baik, wawasan luas, dan jaringan yang luas akan membuat Anda lebih menonjol di banding rekan kerja lain. Selanjutnya, kesempatan dilirik atasan pun lebih besar.

2. Hubungan baik.

Jalin hubungan yang menyenangkan dengan atasan dan rekan kerja lain. Terbukalah untuk membantu rekan kerja dan menjadi seseorang yang diandalkan dalam pekerjaan.

3. Jadi teman diskusi.

Jangan enggan memberi banyak ide segar pada atasan atau pun tim kerja. Biasanya mereka yang selalu memiliki banyak ide, selalu membuat orang lain merasa nyaman berdekatan dan berdiskusi dengannya.

4. Menjadi diri sendiri.

Apa pun yang kita lakukan, tetaplah menjadi diri sendiri. Tak perlu bicara dengan nada yang dibuat manis atau berperilaku seperti orang lain. Selain membuat kita lelah "memakai topeng", orang lain pun akan merasa tak nyaman berada di dekat Anda.

5. Penampilan menarik.

Ini tak hanya untuk menarik perhatian, tapi juga meningkatkan rasa percaya diri. saat bertemu atasan.(Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, July 06, 2012

6 Langkah Mendetoks Keuangan

Apakah Anda termasuk golongan berpenghasilan "lima koma", alias tanggal lima keuangan Anda sudah mengalami koma atau mati suri? Jangankan merencanakan liburan, investasi, atau menabung, membuat balance saldo antara pendapatan dan pengeluaran saja rasanya mustahil. Kalau sudah separah itu, ini adalah saatnya Anda melakukan "detoks keuangan".

Mulailah langkah ini dari sekarang agar keuangan Anda sehat dan bebaskan diri dari stres.

Kunci kebutuhan dasarPertama, siapkan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup tanpa mengorbankan kesehatan atau pekerjaan Anda. Hal ini termasuk mengisi tangki bensin, transpor, biaya sewa tempat tinggal, atau pengeluaran wajib rumah tangga. Jangan lupa uang makan, dari sarapan, makan siang, hingga makan malam, bila Anda termasuk pekerja dengan jam kerja panjang.

Simpan kartu kredit dan "cash" di rumah

Bawalah uang secukupnya di dompet, tinggalkan kartu kredit dan uang cash di rumah. Hal ini akan membantu Anda menjaga pengeluaran tetap pada budget yang sesuai dengan kemampuan Anda. Jadi, tak ada uang buat mampir membeli segelas kopi, latte, cokelat panas, dan godaan happy hour saat pulang kerja.

Jaga komitmenAkan sangat sulit bila secara alami Anda termasuk orang yang suka bersosialisasi. Selalu saja ada undangan kongko-kongko seusai kerja. Entah itu ngopi bareng teman hingga clubbing. Kalau itu yang terjadi, komitmen akan mudah runtuh, dan Anda kembali pada siklus pembelanjaan uang yang tak Anda butuhkan. Parahnya, uang yang dibelanjakan sebenarnya  Anda tak punya karena Anda membayar dengan kartu kredit.

Anda sebenarnya tak perlu hilang dari peredaran dan menyiksa diri sendiri. Cukup batasi jadwal bersosialisasi menjadi satu atau dua minggu sekali, atau paling tidak sebulan sekali. Atur jadwal sesuai kemampuan. Ingat, jujurlah pada diri sendiri! Tak perlu ada yang tahu (kecuali Anda sendiri) kalau Anda tak mampu makan malam di bistro atau restoran yang baru buka, yang rencananya akan dikunjungi teman-teman Anda pekan ini. Atau mulai melakukan sendiri perawatan kecantikan di rumah.

"Ingin" versus "butuh"

Tidak menghabiskan uang itu terbukti cukup sulit dan bisa dikatakan sebuah misi yang mustahil. Apalagi mal tumbuh menjamur, saat melewati etalase toko,  Anda pasti ingin melihat-lihat dan aksi ini berakhir dengan membeli. Sebelum Anda tergoda membeli, coba tarik napas dan pikirkan, "Apakah saya butuh ini?" Jika masih ingin membeli pikirkan lagi, "Apakah benar-benar mendesak hingga tak bisa ditunda?" Tenang saja, sepatu flat yang lucu itu memang tak akan ada lagi di toko saat Anda punya uang cash, tetapi akan selalu ada barang baru yang keluar dan jauh lebih up to date.

Kerjakan PR Anda

Ketika Anda menghabiskan waktu dengan tidak menghabiskan uang selama masa detoks, penting untuk tetap menyibukkan diri dan mengalihkan perhatian setiap saat.
Caranya, bikin daftar hal yang harus Anda kerjakan (kalau sudah memiliki to do list, saatnya kerjakan!). Misalnya, lemari pakaian yang perlu ditata ulang dan tidak sempat Anda lakukan karena terlalu sibuk bersosialisasi. Singkirkan barang-barang yang sudah tak dibutuhkan yang menumpuk di rumah. Pasti Anda sudah sumpek melihatnya, hanya saja tak pernah "sempat" Anda lakukan. Menata ulang tata letak perabot kamar. Membaca buku yang sudah Anda beli. Dan tentunya menikmati tayangan TV kabel yang tiap bulan Anda bayar tetapi tak pernah "sempat" Anda tonton.

Nah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukannya! Anda akan terkejut dengan banyaknya hal yang selama ini tak bisa Anda kerjakan, akhirnya terselesaikan.

Lacak dan hitung

Setiap kali Anda berkeinginan untuk menghabiskan uang untuk sesuatu yang Anda inginkan tetapi bukan kebutuhan, catat item dan harganya. Saat akhir minggu kalkulasikan, dan lihatlah jumlah yang berhasil Anda tabung. (Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, July 05, 2012

Kerja Paruh Waktu, Buang Gengsi Jauh-jauh!

idup di negeri orang saat menimba ilmu tentu bukan perkara gampang, terutama bagi mereka yang jauh dari dukungan finansial orang tua sehingga harus mandiri menghidupi diri sendiri.

Menambah uang saku dengan bekerja paruh waktu (part time) memang sebuah solusi, tetapi itu juga butuh kemauan tinggi dan kerja keras, bukan pekerjaan enteng.

"Saya mempunyai part time job sebagai waitress di Izakaya, semacam restoran kecil bergaya Jepang. Melalui part time job ini saya bisa belajar banyak hal, mulai dari memperlancar bahasa Jepang, belajar berkomunikasi, juga yang belajar etos kerja orang Jepang," ujar Yovita Lily, mahasiswi bidang studi Media, Culture, and Society di Retsumeikan Asia Pacific University (APU), Bepu, Jepang, kepada Kompas.com, Selasa (3/7/2012).

Menurut dia, banyak manfaat ia dapatkan dengan mempelajari etos kerja orang Jepang yang sehari-hari ia temui, mulai soal disiplin waktu, ketahanan mental, ketelitian, memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen atau tamu, dan sebagainya. Selain itu, kata Lily, dengan mempunyai part time ini, dirinya bisa mengurangi beban orang tua dalam masalah ekonomi.

"Sebelum saya bekerja part time, saya mengambil 50.000 yen per bulan dari orang tua. Sekarang, saya mengambil 30.000 yen per bulan. Uang hasil part time ini biasa saya gunakan untuk biaya hidup," ujar Lily, bangga.

Buang gengsi

Menambah uang saku dengan bekerja paruh waktu (part time) memang sebuah solusi ketika harus hidup jauh dari orang tua demi tuntutan studi. Namun, hal itu membutuhkan kemauan tinggi dan kerja keras karena bekerja sebagai part timer bukan pekerjaan enteng.

Gengsi? Buang jauh-jauh!

Demikian menurut pengakuan Erica Marcella Dewi yang mengambil bidang studi International Transaction di jurusan Manajemen APU. Erica mengungkapkan, ada beberapa hal penting perlu diperhatikan menyangkut kerja paruh waktu.

Beberapa hal itu meliputi:

- Motivasi Bagi Erica, motivasi sangat berpengaruh dalam proses mencari part time job. Ia mengaku, motivasinya saat itu adalah keinginan untuk bisa mencukupi biaya hidupnya sendiri tanpa campur tangan orang tua.

"Saya melakukan part time job di tahun pertama sebagai orang yang bertugas untuk membersihkan setiap ruangan kelas, dan saya mampu membayar 50 persen dari biaya tempat tinggal (AP House). Di akhir tahun kedua, saya mulai mampu membiayai seluruh keperluan saya sendiri, dan hal ini membuat saya bersyukur dan bangga bahwa saya tidak membebani orang tua karena saya berasal dari keluarga menengah ke bawah," kata Erica.

Namun, ia mengaku, semangat dan dorongan orang tuanya juga sangat berpengaruh dalam dirinya.

- Keberanian

Di tahun kedua kuliah, Erica menuturkan, dirinya mulai giat mencari part time job. Setiap hari, ia selalu berpikir keras untuk mencari cara untuk mendapatkan kerja paruh waktu.

"Setiap melihat banner mengenai part time job, selalu saya telepon. Hingga akhirnya, berbekal bahasa Jepang yang standar, saya berhasil mendapatkan part time job di restoran," tutur Erica.Dari pekerjaan inilah, kata Erica, dirinya mampu membiayai semua keperluannya. Bahkan, ia mengaku mampu membayar uang kendaraan (tiket bus seharga 94.900 yen—setara Rp 11.080.524 per tahun) dari hasil menabung. "Sekarang menjadi kepala dapur," ucapnya.

- Tak mudah menyerah

Erica mengaku pernah mendapatkan pekerjaan sebagai chef atau juru masak di salah satu restoran. Pada saat itu, kemampuan bahasa Jepang yang dia miliki masih di bawah standar.

"Tapi, karena kesukaan saya di bidang memasak dan saya sangat ingin mampu untuk belajar masakan Jepang, saya memutuskan untuk menerima tawaran sebagai juru masak meskipun saat training saya sempat merasa putus asa karena bahasa yang belum memadai dan peraturan yang sangat ketat. Tapi di situlah mental saya mulai diuji," kata Erica.

Seiring berjalannya waktu, lanjut Erica, dirinya mampu untuk melewati semua masalah. Ia bahkan berhasil menyandang chef perempuan satu-satunya di restoran itu.

"Banyak hal positif saya dapatkan dari part time job. Hal-hal tersebut adalah kemampuan belajar cara berpikir yang matang, kedewasaan dalam kepribadian, belajar untuk mampu mengatur waktu dengan baik, serta mampu menambah uang saku. Dari situlah perlahan saya berusaha mampu menggapai cita-cita saya, yaitu membahagiakan orang tua saya, apa pun caranya, yang penting halal," ujarnya.

Kini, setelah melalui semua rintangan, Erica mengaku sangat menginspirasi banyak orang. Meskipun hanya pengalaman-pengalaman kecil, harap Erica, kisahnya bisa membawa manfaat yang baik bagi Indonesia.​
(Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, June 29, 2012

Fitriyanto, Kuli Bangunan yang Kini Bos Produk Salon Mobil

Fitriyanto hanya lulusan SMA. Tapi, berkat tekad yang diiringi dengan usaha keras, ia sukses menjadi produsen perawatan mobil merek Autofit. Pemilik PT Vitechindo Perkasa ini mampu membikin produk yang bisa bersaing dengan merek terkenal.

Hidup ini bagi Fitriyanto benar-benar sebuah perjuangan. Ia lahir dari keluarga sederhana, kalau tidak disebut miskin. Ayahnya hanya seorang tukang kayu. Tapi, dengan tekad yang bulat dan usaha yang kuat, Fitriyanto mampu menjadi seorang pengusaha produk perawatan mobil yang terbilang sukses. PT Vitechindo Perkasa, perusahaan milik Fitriyanto, berhasil memasok produknya ke bengkel resmi milik agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar, seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Honda, Nissan, Hyundai, Suzuki, Kia, dan Mazda. Bisnis ini menghasilkan omzet Rp 8 miliar per tahun.

Label merek produk buatan Fitriyanto adalah Autofit. Saat ini, ada 20 produk merek Autofit yang sudah diproduksi, antara lain produk sampo, semir ban, pelumas, pembersih evaporator, injection purge, cairan pembersih bahan bakar, pembersih blok mesin, pembersih karburator, dan pembersih ruang bakar mesin kendaraan.

Uniknya, untuk meracik Autofit, Fitriyanto sama sekali tidak memperdalam ilmu kimia secara formal. "Semua saya pelajari secara autodidak," kata pria kelahiran Purbalingga, 10 November 1972 ini. Ayahnya yang seorang tukang kayu tentu tak mampu menyekolahkannya tinggi-tinggi. Maka, ketika lulus SMA, pada tahun 1992, Fitriyanto langsung hijrah ke Jakarta. Anak bungsu dari lima bersaudara ini menjadi kuli bangunan. Enam bulan menjadi kuli bangunan, Fitriyanto pindah menjadi tukang bantu-bantu di rumah Rachmat Gobel, kini Presiden Komisaris PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Di rumah itulah ia ketemu dengan salah satu manajer Panasonic. "Saya ditawari kerja," ujarnya. Ia lalu menjadi pegawai di Panasonic, divisi komponen, yang memproduksi semua speaker. Di waktu senggang, Fitriyanto selalu meluangkan waktu untuk membaca buku kisah orang sukses. "Saya menghimpun tekad untuk menjadi orang sukses. Dari buku yang saya baca, orang sukses kebanyakan mengawali karier sebagai tenaga pemasaran (marketing)," kata suami Lihardiana ini.

Fitriyanto lantas hengkang dari Panasonic dan pada tahun 1995, ia menjadi tenaga pemasar di produsen minuman. "Saya mendapat upah Rp 75.000 per bulan, jauh lebih kecil ketimbang jadi kuli bangunan. Ketika jadi kuli, upah saya Rp 60.000 per minggu," kata Fitriyanto yang akhirnya keluar setelah tiga bulan bekerja. Lantaran bertekad jadi tenaga pemasar, Fitriyanto kembali masuk ke perusahaan cokelat selama setahun, sebelum akhirnya pindah ke PT Prima Karya Gandareksa, perusahaan kimia. Ia tetap jadi tenaga pemasar, tetapi dengan gaji Rp 5 juta per bulan. "Saya banyak belajar tentang produk perawatan mobil di sini," katanya.
Lantaran kinerjanya bagus, perusahaan menugaskannya ke Bali. Tapi, ia memilih mundur lantaran tak ingin jauh dari keluarga. Selama setahun, ia beberapa kali pindah kerja di perusahaan kimia. Fitriyanto akhirnya masuk ke perusahaan produk perawatan mobil dari Jerman.

"Di perusahaan ini, saya suka memperhatikan para peracik produk. Saya pelajari, bahan apa saja yang diramu menjadi produk perawatan," katanya.

Setiap Sabtu dan Minggu, dia pergi ke toko kimia untuk mempelajari bahan-bahan kimia yang bisa diramu menjadi produk perawatan mobil. Dia bertahan selama lima tahun di perusahaan itu sebelum akhirnya mengundurkan diri dengan posisi gaji terakhir Rp 24 juta per bulan.

Pinjam uang ke bank

Pengalaman di perusahaan pembuatan produk perawatan mobil membuat Fitriyanto percaya diri untuk memulai usaha sendiri.

"Sebagai tenaga pemasar, saya sudah memegang banyak pelanggan. Saya juga sudah bisa membuat produk sendiri," katanya. Dengan memanfaatkan bengkel sepeda motor di Cikeas, Bogor, yang didirikan saat masih bekerja, pada 2007, Fitriyanto memulai usaha produk perawatan mobil.

"Saat itu, cuma ada satu montir dan tempatnya sangat sederhana," kenangnya. Di bengkel itu, dia meracik bahan setelah memenangi tender pengadaan produk perawatan mobil dari salah satu bengkel mobil besar. Lantaran tak punya modal, Fitriyanto mencari pinjaman bank sebesar Rp 25 juta. "Karena tidak ada agunan, modalnya hanya kepercayaan. Bank itu menjadi pelanggan di bengkel kami," katanya.

Dari modal Rp 25 juta, ia bisa menghasilkan omzet Rp 80 juta. Tiga tahun berjalan, usahanya semakin besar. Dengan pinjaman bank yang lebih besar, dia membuka pabrik di daerah Cipayung, Jakarta Timur, dan mendirikan PT Vitechindo Perkasa. Saat ini, Fitriyanto memiliki 35 karyawan dan sejak awal bulan Juni 2012, dia membuka lembaga kursus bahasa Inggris dan komputer. "Saya sendiri tak bisa mengoperasikan komputer," katanya sambil tertawa. Ia juga membuka sekolah taman kanak-kanak sembari menjalankan usaha bengkelnya. (Fransiska Firlana/Kontan)

(Dari Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, June 12, 2012

TIDAK PERLU PINTAR UTK MENJADI SUKSES…

Jwb dgn cpt tnp pakai kalkulator...
Brp hsl 3 x 4..? Mudah?
Ok, kita ljtkan...
8 x 6 = …
9 x 9 = …
17 x 27 = …
53 x 89 = …
273 x 694 = …
Sebagian besar mungkin akan terhenti pada pertanyaan ketiga.
Kenapa?
Bukan karena anda tidak pintar atau kurang cerdas.
Tapi anda hanya tidak biasa melakukan perkalian besar.
Masih ingat saat kecil anda dulu..?
Guru, org tua, kakak & saudara anda mengajari perkalian 1-9 dengan banyak metode, lalu kemudian mereka minta anda utk menghapalkannya?
Itulah jawaban singkatnya.
Manusia memiliki 3 dimensi pikiran yg berbeda yaitu alam sadar (conscious mind), alam bwh sadar (pre-conscious mind) & alam tdk sadar (unconscious mind).
Apa yang anda lakukan dalam menjawab pertanyaan di atas hanyalah dengan memanggil memori yang telah tersimpan dalam alam bawah sadar anda yg dahulu diulang teras menerus dalam waktu yang lama.
Ini dikatakan sebagai Retrieval.
Shiv Khera dlm bukunya "8 kiat menjadi pemenang", bahwa segala sesuatu yang pada awalnya kita lakukan secara sadar & berulang kali & wakta yang cukup lama, akan mendarah daging dalam sistem tubuh & berubah menjadi kebiasaan.
Kenapa seorang Bill Gates yang DROP OUT dari bangku kuliah mampu membuat perusahaan raksasa Microsoft?
Bob Sadino yg hanya lulusan SD bisa menjadi pengusaha hbt di negeri ini, bahkan memberikan lapangan pekerjaan bagi sarjana² yang bingung cari kerja setelah lulus kuliah?
Mereka semua tidak PINTAR. Mereka semua hanya TERBIASA melakukan sesuatu berulang kali secara terus menerus & konsisten.
Itu rahasianya.
Coba bayangkan kalau misalnya waktu kecil dulu anda diajari & dipaksa menghafal perkalian 3 atau bahkan 5 digit.
Tentunya mudah bukan untuk menjawab semua pertanyaan di atas..?
Kuncinya adalah…
TERBIASA melakukan.. & biarkan kemampuan anda tmbh menjadi BESAR dgn sendirinya.
Pintar hanyalah sesuatu yg konseptual, bkn sesuatu yg kongkrit.
• Anda hanya bisa memahami sesuatu secara teoritis, tapi belum tentu mampu melakukannya.
¤ TIDAK PERLU PINTAR UTK MENJADI SUKSES…
¤ ANDA HANYA PERLU TERBIASA…
¤ MASIH BERPIKIR UNTUK MENJADI ORANG PINTAR…?
¤ PIKIRKAN SEKALI LAGI….SEBELUM MENYESAL…
(Charles, Milis APIK)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, May 01, 2012

Selisih Kemenangan

¤ Untuk memperoleh "Selisih Kemenangan" kita harus berjuang untuk meraih keunggulan bukan kesempurnaan.

¤ Kuda pemenang dalam pacuan, memenangkan lomba 5 atau bahkan 10 banding 1.

• Pertanyaannya...Apakah kuda ini lebih cepat 5 atau 10 kali dari kuda lainnya?

Tentu saja tidak.
Kudanya hanya Menang Tipis.
Mungkin jaraknya sepanjang hidungnya di photo finish.Tapi penghargaannya mungkin 5-10 kali lebih besar.

• Apakah ini Adil?

¤ Siapa Peduli?

¤ Tidak Masalah.
• Semua adalah aturan dari permainan.

• Seperti itulah pertandingan dimainkan.

• Demikian juga dengan hidup kita.
¤ Orang Sukses bukan berarti 10 kali lebih pandai dari orang yang gagal.

¤ Mereka mungkin sedikit lebih baik, tapi imbalannya mungkin 10 kali lebih besar.

• Kita tidak perlu meningkatkan 1000% di bidang apapun.

¤ Yang kita butuhkan hanya• Peningkatan 1% pada 1000 bidang yang berbeda..

• Ini berarti lebih mudah.

¤ Inilah yang disebut"Selisih Kemenangan". (Charles asiku, milis APIK)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, April 14, 2012

Pemenang Melakukan dengan Cara Berbeda

Seekor lalat terperangkap dlm pintu kaca yg tertutup rapat.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang si lalat itu nampak kelelahan & kelaparan.

Esok paginya nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Sekelompok semut serentak mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati.

Seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua"Mengapa dia sekarat?".

"Oh.. itu sering terjadi, ada saja lalat yg seperti ini, sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh² telah berjuang keras berusaha keluar dari kaca itu namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan mati".

Semut kecil itu bertanya lagi "Aku masih tak mengerti, bukannya lalat itu sdh berusaha keras? Kenapa dia tidak berhasil?".

Semut tua itu menjawab"Lalat itu bagaikan seorg yg tdk kenal menyerah & telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara² yg sama".

Semut tua dengan mimik & nada serius berkata:

"Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dgn cara yg sama namun mengharapkan hasil yg berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini".

"Para pemenang tdk melakukan hal² yang berbeda, mereka hanya melakukannya dgn cara yg berbeda.
(Charles, milis APIK)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, April 09, 2012

Atasi 5 Ketakutan dalam Pekerjaan

Takut gagal mencapai target, takut bosan dengan pekerjaan sekarang, atau jadi minder kala ditawari naik jabatan? Bila ketakutan ini juga menghantui Anda, temui sebab dan solusinya segera.
Survei yang dilakukan oleh CareerBuilder.com kepada para follower mereka di Twiiter menyebutkan, ada beberapa professional fears yang kerap menghantui para jobseeker hingga CEO, berkaitan dengan kinerja dan kemampuan diri walau sebenarnya semua berjalan dengan baik-baik saja, yaitu:
1. Dikalahkan oleh si anak bawang.
Hal yang hampir dirasakan oleh semua senior: tak mau kalah banding junior, baik soal gaji hingga kemampuan diri. Hal ini menjadi salah satu faktor munculnya  rasa takut kalau si anak bawang memiliki nilai lebih baik di mata atasan atau mendapat promosi lebih dulu dibanding Anda. Ruth Mott, pemilik dari Mott Consulting di Chicago mengatakan banyak orang cenderung meremehkan kemampuan diri saat bersaing dengan rekan lain.
Solusi:
Evaluasi kinerja. Anda perlu tahu sampai mana kemampuan Anda bila dibandingkan dengan si anak bawang. Lama bekerja kini bukan patokan satu-satunya yang digunakan perusahaan untuk menilai siapa yang lebih layak mendapat promosi.
Saat merasa jenuh dengan pekerjaan dan ini membuat si anak bawang berlari lebih cepat, lakukan kegiatan yang bisa menyegarkan kembali pikiran dan tubuh. Lalu, buat ulang target karier ke depan. Bila tujuan Anda ingin naik jabatan, bangkitkan lagi semangat, asah skill, dan perluas pengalaman demi masa depan cerah.
2. Gagal mencapai target perusahaan.
Misalnya saat ingin diangkat menjadi manajer, di samping rasa bangga, ada rasa takut kalau nantinya tak bisa menjadi atasan yang baik, tak bisa mencapai target,  atau mengambil keputusan yang salah. Ini juga yang kerap dialami oleh sebagian klien Jeffrey Millano, Business Consultant ThePeopleChemist.com.
Solusi:
Berpikir matang sebelum mengambil keputusan memang mutlak, namun tak perlu berlarut-larut mendekati deadline. Lebih baik cepat mengambil keputusan sehingga cepat memperbaiki bila itu salah. Percaya bahwa di dunia ini ada yang namanya kebetulan atau bahkan keberuntungan. Segalanya sesuatunya dapat diupayakan, dipersiapkan dengan matang, dan tentunya dibarengi dengan doa.
3. Tak bisa membagi waktu antara kehidupan pribadi dan profesi.
Bagi sebagian perempuan, mungkin Anda salah satu yang mengalami ketakutan ini. Usia seperempat baya dianggap waktu yang pas untuk punya suami dan anak. Namun, ketakutan tak bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan kerap menghantui kala pernikahan sudah di depan mata. Hal ini dialami oleh perempuan karier yang sudah berkeluarga. "Bukan hal mudah menjalani dua peran sekaligus, namun selalu ada solusi," ujar Bronagh Hanley, Entertainment Publicist di San Francisco.
Solusi:
Buatlah daily plan, selesaikan pekerjaan tepat waktu dan hindari lembur. Bila pekerjaan terlalu banyak, percayalah kalau Anda punya peluang untuk merasakan kerja di tempat lain. Bila bekerja full time tak memungkinkan, coba cari peluang untuk part time, seperti menjadi freelancer atau berbisnis sebagai kegiatan positif untuk mengembangkan diri.
4. Takut mencoba karier baru.
Tak banyak berubah dan berakhir dengan karier yang statis, Anda tentu tak ingin mengalami hal ini bukan? Setiap orang memang wajib bersyukur dengan karena telah mendapat pekerjaan, namun tak ada salahnya untuk mencoba kesempatan lain bila memang kurang afdol dengan pekerjaan sekarang, entah lingkungan kerja atau gaji. Hanley mengatakan, "Sebagian orang mungkin akan menjatuhkan semangat Anda dengan berkata kalau mencari pekerjaan itu sulit. Akhirnya Anda terpaksa makan hati terus karena budaya kerja yang tak sesuai."
Solusi:
Bila keluhan lebih sering keluar dibanding rasa syukur, sebaiknya lakukan sesuatu yang bisa membuat Anda bahagia, berkarier di tempat lain misalnya. Sebelumnya, cari informasi tentang perusahaan itu, apakah sesuai dengan pribadi Anda atau tidak. Jangan memberikan surat pengunduran diri sebelum mendapat pekerjaan pengganti. Pertimbangkanlah biaya hidup Anda sebelum berhenti kerja.
5. Dikucilkan oleh rekan lain.
Ketakutan ini kerap dialami oleh karyawan baru. Apalagi bila rekan senior tampak tak mau terkalahkan. Alhasil Anda bekerja biasa-biasa saja, menolak ajakan makan siang bos, atau merasa tidak enak terus-terusan agar mereka bersikap baik.
Solusi:
Bila Anda punya poin plus di mata perusahaan karena kinerja yang memuaskan, jelas ini bukan kesalahan. Namun bila kedekatan dengan bos membuat pihak lain iri dan melakukan hal yang mengganggu ketenangan, tak ada salahnya meminta solusi pada si bos. Jaga hubungan baik dengan semua rekan dengan tetap bersosialisasi. Tak perlu mengasingkan diri karena hanya akan memperburuk keadaan. (Kompas.com)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, March 22, 2012

‎Ingat 12 Kata "Jangan Menunggu!"

‎​12 kata "Jangan menunggu" yg perlu dihindari:

1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru berbagi, tapi berbagilah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan...

5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orang itu, maka orang itu akan paham dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis. tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai,maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah,. bukan sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah,maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur. tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Kamu pasti bisa!

Dan...Jangan menunggu lama lagi untuk membagikan tulisan ini kepada semua orang yang anda kenal...sehingga kita semua tersadar...

Life is beautiful
(NN)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Related Posts with Thumbnails