Thursday, August 15, 2013

PENANGKAPAN RUDI RUBIANDINI: Bersahaja dan Baik Itu Persepsi (Kompas)

Penangkapan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Rudi Rubiandini oleh Komisi Pemberantasan Korupsi mengonfirmasi bahwa kualitas moral dan integritas tak tergantung dari gelar akademik, kesantunan, dan kesalehan formalnya. Kasus Rudi bisa salah persepsi.

Setelah ditangkap KPK pada Selasa (13/8) malam karena diduga menerima suap dari komisaris Kernel Oil Pte Ltd, Simon Gunawan Tanjaya, Rudi langsung diperiksa. Rabu sore, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengumumkan Rudi sebagai tersangka. Malam hari seusai diperiksa, Rudi terlihat canggung saat hendak keluar Gedung KPK.

Puluhan wartawan yang menunggu di tangga pintu masuk lobi Gedung KPK sudah bersiap dengan pertanyaan. Kamera foto dan video wartawan siap menyorot wajah Rudi. Di dalam lobi Gedung KPK, Rudi seperti hendak menutupi wajah dengan tudung jaket. Dia mengurungkan niat, jaket bertudung hitam yang dia kenakan terbalut rompi tahanan KPK. Rudi maju perlahan. Sesampainya di pintu, teriakan wartawan yang meminta Guru Besar Ilmu Perminyakan Institut Teknologi Bandung untuk bicara menahan langkahnya.

Rudi terdiam sesaat. Seolah bingung dengan serbuan pertanyaan wartawan, nada suaranya terdengar lemah dan tak sejelas ketika dia masih menjabat sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ataupun sebagai Kepala SKK Migas. "Saya tidak melakukan korupsi, tetapi saya kelihatannya masuk masalah gratifikasi. Ada teman membawa uang, makanya biar proses hukum yang membuktikan," kata Rudi.

Setelah bicara singkat, Rudi melangkah menuruni tangga depan Gedung KPK menuju mobil tahanan. Dikawal petugas satpam KPK, dia tak peduli lagi pertanyaan wartawan.

Bantahan Rudi bahwa dia tak melakukan korupsi ibarat orang tenggelam terseret arus kencang di sungai. Bahkan, rumput yang tak mampu menahan tubuhnya pun akan coba dia tarik. Rudi tak tahu bahwa, sebagai penyelenggara negara, dia tak boleh menerima gratifikasi.

Namun, sekali lagi Rudi mungkin syok, citra yang telah dia bangun dan telah menumbuhkan persepsi teramat baik di mata orang-orang yang mengenalnya runtuh dalam hitungan jam. Bagaimana tidak, karier Rudi di jalur akademis dan birokrasi begitu cemerlang.

Lahir di Tasikmalaya, 9 Februari 1962, Rudi menamatkan gelar sarjana dari Teknik Perminyakan ITB tahun 1985. Rudi melanjutkan studi pascasarjananya di Technische Universitaet Clausthal, Jerman, dan memperoleh gelar doktor pada 1991. Dikutip dari www.itb.ac.id, Rudi kemudian menjadi Guru Besar ITB pada 2010.

Di ITB, Rudi tercatat meraih sejumlah prestasi sebagai pengajar. Dia pernah diganjar sebagai dosen teladan. Kariernya di pemerintahan mulai menanjak saat jadi penasihat ahli Kepala Badan Pengelola Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), lembaga yang kemudian dibubarkan Mahkamah Konstitusi dan berganti menjadi SKK Migas.

Dari penasihat, dia lalu menjadi Corporate Secretary BP Migas. Tahun 2011, Rudi menjadi Deputi Pengendalian Operasi BP Migas hingga tahun 2012 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantiknya menjadi Wakil Menteri ESDM. Tak lama jadi wakil menteri, Rudi dipilih memimpin SKK Migas.

Berita penangkapannya membuat banyak orang terkejut. Karier cemerlang sempat membuat orang mencitrakan Rudi berintegritas. Citra pejabat berintegritas itu melekat pada Rudi, antara lain lewat kebijakannya.

Akhir tahun lalu, misalnya, Rudi mendatangi KPK membahas pencegahan korupsi sektor migas. Selaku Wamen ESDM, Rudi yang saat itu ditemui Deputi Pencegahan Korupsi KPK Iswan Elmi mengatakan akan terus melakukan perbaikan dan membuat nota kesepahaman antara Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan Pertamina dengan KPK guna mencegah korupsi sektor migas.

Dia juga berusaha menunjukkan citra sebagai pejabat sederhana. Lebaran kemarin ketika mudik ke Tasikmalaya, Rudi memilih naik kereta api kelas ekonomi. Tak seperti pejabat yang memilih menggunakan moda transportasi mewah.

"Bersahaja dan baik itu, kan, persepsi. KPK tidak main di wilayah persepsi. Yang diketahui KPK, apakah seseorang ini kami temukan ada bukti awal melakukan korupsi atau tidak. Apakah dia berwajah santun, seperti malaikat, KPK enggak ada hubungannya. Kualitas moral dan integritas seseorang itu tak tergantung dari gelar doktor atau profesor," kata Juru Bicara KPK Johan Budi. (KHAERUDIN)

(Kompas cetak, 16 Agustus 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Related Posts with Thumbnails