Kalau orang pesimis gagal, nggak terlalu sedih. Soalnya dari awal sudah pesimis. Tapi kalau orang optimis gagal, sakitnya kerasa sekali. Apalagi kalau soal finansial. Nyesek banget.
Soalnya sudah keburu kredit ini dan itu. Dibayarnya nanti kalau sudah direalisasikan. Eleh-eleh ndilalah. Meleset. Padahal kartu kredit sudah digesek. Dan surat hutang sudah ditandatangan.
Jadi baiknya kita optimis atau pesimis? Orang pesimis jarang berhasil. Karena sikap pesimis menahan dirinya untuk bekerja secara optimal. Potensi dirinya pun hanya sedikit yang tergali.
Orang optimis, selalu terdorong mengerahkan segenap kemampuannya sehingga lebih dekat pada keberhasilan.
Makanya, temani optimism dengan 2 hal ini: 1. Bekerja bukan hanya karena uang. Lakukan pekerjaan ini tidak semata-mata demi uang. Melainkan demi mendapatkan restu Ilahi. Kalau beraktivitas dengan mengharap rido Allah, maka dapat uang atau tidak; kita tetap sudah memperoleh berkahNya.
2. Tenteramkan jiwa dengan iman. Sumber ketenteraman jiwa itu ternyata bukan optimisme. Melainkan keimanan kepada Tuhan. Optimisme hanya bisa membangkitkan harapan. Padahal, harapan sering tidak jadi kenyataan.
Beda dengan iman. Ketika sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, kita jadi rela menerima apapun hasilnya. Dan kita, berserah kepada Allah untuk segalanya.
Tenteram hati ketika iman menemani setiap ikhtiar kita. Optimisme, menjadi lebih kokoh saat disokong dengan iman. Karena dengan iman, optimisme kita selalu sampai digaris finis berupa "Penerimaan Atas Hasil Apapun Yang Didapatkan".
Sudahkah Anda menopang optimisme kita dengan kedua hal itu? In sya Allah.
Kesuksesan karir seseorang ternyata tidak hanya ditentukan oleh keterampilan kerjanya saja. Melainkan juga oleh sikap dan perilakunya. Makanya, penting untuk memberikan pelatihan soft skill kepada karyawan. Hubungi saya jika membutuhkan bantuan.
Oleh Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker
Powered by Telkomsel BlackBerry®
No comments:
Post a Comment