Monday, December 26, 2016

Bagaimana menjadi bijaksana menurut Socrates?

Apa itu Penelitian Tindakan Kelas PTK?

Tuesday, October 11, 2016

"Filosofi Orang Jepang Mengenai *Empati*"


"Filosofi Orang Jepang Mengenai *Empati*" (Bagus Banget , Wajib Dibaca & Share BerUlang2)

Hubungan antar Manusia yg paling tinggi Levelnya, yang terus diajarkan dari generasi ke generasi, diajarkan sejak Balita & menjadi Kiblat orang Jepang adalah *Empati*.

*Empati* atau mem-Posisi-kan diri menjadi ORANG LAIN
(memPosisikan diri Kita menjadi Lawan bicara).

Kalau sedang Ngomong sama Orang Tua, cobalah untuk menjadi orang Tua yang sering "keBingungan" itu.

Sedang Ngomong dengan "Anak Anda", maka jelmakan diri Anda menjadi Anak yang Bandel.

Sedang Ngomong ke Customer atau Downline, maka menJelmalah menjadi *Dia* terlebih dulu.

Mau Ngomong ke Upline, Sahabat, Musuh, maka jadikanlah diri Anda MenJadi  diri Mereka terlebih dulu & bila Anda menjadi Dia, *Apa* yang ingin Anda Dengarkan?"

Kenapa dompet , Hp Dll  yang jatuh di kereta Jepang, keMungkinan besar AKAN balik ke Pemiliknya?

Karena yg menemukan langsung akan berpikir, bila uang di dompet ini Saya Ambil... Jangan-jangan yang punya, gak Punya uang lagi, gajian baru bulan berikut nya, Dia pasti akan bingung bayar hutang, bingung bayar listrik, bingung beli makan, nanti Dia akan dimarahin Istri, Anak2nya & Dia akan keLaparan atau Dia akan Mati karena perBuatan Saya ini.

Ya, Mereka selalu berPikir tentang *Empati*.

Itulah makanya Negaranya Aman & cepat maju karena sejak Kecil sudah diAjarkan & MenDalami  *Empati*.

1. Yang ketahuan Korupsi, bunuh diri karena Malu.

2. Pejabat yang merasa Gagal akan mundur, karena Dia pakai kacamata Rakyatnya.

3. Wanita pulang kerja malam hari terjamin keAmanannya, karena para Pria2 berPikir, gimana kalau itu Adik, Anak atau Istri Saya.

Milikilah ilmu orang Jepang seKiranya berManfaat .
 
Gabatte Kudasai!


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Monday, September 12, 2016

Integritas Seorang yang Selaras

Kemampuan bisa membawa Anda ke puncak, tapi wataklah yang akan mempertahankan Anda di sana. (John Wooden)_

Ini kisah tentang integritas yang menakjubkan. Dia bukan orang terkenal, melainkan orang biasa dengan integritas yang membuat kisahnya menjadi teladan.
Seorang pria memulai kariernya sebagai karyawan di suatu perusahaan. Berbeda dengan rekan-rekannya yang lain, dia menolak cara-cara curang untuk meng-goal-kan tujuannya. Banyak orang merendahkannya karena lambatnya kenaikan gaji maupun kenaikan pangkat yang diterimanya. Rekan-rekan yang bermaksud baik mengajarkan beberapa cara curang untuk memenangkan tender. Tetapi dia menolak, dan tetap teguh memakai cara lurus dalam bekerja.

Di saat krisis ekonomi, banyak perusahaan kolaps, termasuk perusahaan tempat pria ini bekerja juga bangkrut sehingga semua karyawan di-PHK. Di tengah kebingungan, pria ini bertemu dengan seorang yang dulu klien di perusahaannya. 

Tahukah Anda apa yang dikatakan klien ini? "Bertahun-tahun saya telah mendengar integritas kamu, saya percaya pada kamu dan mau menginvestasikan modal untuk kamu kelola, kembalikan saja modal ini waktu kamu sudah bisa melunasinya." 

Demikianlah yang terjadi, sementara teman-teman kerjanya kebingungan mencari pekerjaan baru, dia memulai bisnis yang telah diidam-idamkannya.
Integritas akan mengikat kita dan membuat kita memiliki semangat kepuasan. Integritas tidak akan mengizinkan lidah kita berbicara lain dengan kata hati. 

Integritas dapat menjadi "wasit" dalam hidup kita. 

Integritas adalah karakter yang tidak bisa dikompromikan.  Integritas akan melindungi kita dari pelbagai dampak buruk sampingan akibat cara-cara yang tidak benar. Jadi, berpeganglah pada kekuatan integritas.

*#semangat bekerja*
(copas dari WA)
Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Monday, June 06, 2016

Mengatasi Atasan Tak Kompeten

Maaf, siapa yang tidak kompeten? Atasan Anda? Oh, baiklah. Memang, banyak anak buah yang menganggap atasannya tidak kompeten. Ada yang menilainya secara obyektif. Dan ada pula yang sekedar penilaian subyektif belaka. Lantas, jika benar atasan Anda tidak kompeten; bagaimana mengatasinya?
 
Begini. Pertama, perlu disadari bahwa kehadiran kita sebagai bawahan adalah untuk menjadi penyokong kinerja atasan. Betul? Betul. Maka ketika sadar bahwa atasan Anda tidak kompeten, seharusnya; Anda memperkuat peran itu.
 
Faktanya, tidak ada kok atasan yang bisa mengerjakan semua hal sendirian. Apa lagi jika dia tidak punya background bidang yang kita kuasai. Makanya, nggak tepat kalau menuntut atasan bisa segalanya. Lagian, kita juga nggak serba bisa kan?
 
Anda jago di bidang Anda. Atasan Anda bukan bidang itu keahliannya. So what? Nggak perlu mempermasalahkan itu. Justru sudah menjadi tugas Anda untuk menyokongnya dari aspek keahlian yang Anda miliki.
 
Dari pada fokus pada kekurangannya, mendingan bantu dia dengan peran penting Anda. Sambil memberi kesempatan kepadanya untuk menampilkan sisi terbaiknya. Demi kebaikan kita bersama.
 
Ketiga. Kalau Anda sama sekali tidak suka sama dia sekalipun. Tetap saja bekerja dengan sebaik-baiknya. Tidak usah terlalu mengumbar rasa tidak suka Anda. Kenapa? Karena, hal itu tidak akan mengubah fakta bahwa dia atasan Anda. Dan Anda, anak buahnya. Bahaya buat Anda malah. Nanti bisa terhambat karir Anda. Minimal, berkurang kenikmatan Anda dalam bekerja.
 
Ketiga. Kembangkan attitude Anda. Skill dan attitude itu dua mahluk yang berbeda. Jika sudah punya skill alias keahlian, maka pastikan juga punya attitude yang bagus. Ciri attitude yang bagus antara lain, menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk mensupport orang lain dalam team. Baik kolega, maupun atasan.
 
Mengungkit-ungkit kekurangan orang lain bisa menjadi indikasi buruknya attitude kita. Ingatlah bahwa banyak orang yang skillnya bagus namun karirnya terhambat oleh attitudenya yang buruk.
 
Jika Anda punya skill yang bagus, dan dengan sabar menunjukkan attitude yang bagus walaupun atasan Anda banyak kekurangannya, maka Anda akan mendapatkan kredit poin yang bagus. Cepat atau lambat, orang juga bakal tahu siapa true leadernya. Masih ingat tentang leader de jure dan leader de facto?
 
Banyak orang yang kecewa dengan kompetensi atasannya. Wajar, sebenarnya. Tapi apakah itu jadi baik atau buruk, bergantung cara kita menyikapinya. Jika karena kecewa pada atasan itu kita jadi kerja asal-asalan. Doyan bergunjing sama teman. Mengikuti irama dan pola kerja buruk orang lain, dampaknya bakal buruk.
 
Tapi jika karena kecewa dengan atasan yang tidak kompeten itu Anda semakin menunjukkan kompetensi Anda dalam menunjang kinerja team, maka Insya Allah; efeknya menjadi baik.
 
Tapi kan cape Dang kalau mesti nambalin bolong-bolongnya peran atasan?! Salah, kalau kita merasa nambalin. Yang bemar adalah, menjadikan kondisi itu momentum untuk bereksperimen; gimana caranya menjadi atasan yang bagus. Mumpung belum jadi atasan.
 
Memang benar, punya atasan yang kompeten itu enak sekali. Tapi kalau atasan kita kurang kompeten juga nggak bakal kalah enak kok. Kalau kita melihatnya sebagai peluang untuk mengembangkan diri.
 
Ketahuilah bahwa, semakin tidak kompeten atasan kita; makin dibutuhkannya dukungan anak buah yang kompeten. Sekarang, tinggal Andanya saja. Mampu menunjukkan kompetensi itu atau tidak. Memang, lebih mudah menonjolkan kelemahan atasan. Dari pada meminimalkannya dengan kompetensi kita. Tapi cara yang saya sarankan ini jelas lebih banyak manfaatnya, kan?
 
Hanya untuk 5 perusahaan di JABODETABEK. Inhouse Training 2-4 jam di bulan Ramadhan dengan special rate hanya Rp. 7,5jt saja. Topik yang tersedia "Spirituality At Work" DAN"Building Successful Professional Career". Silakan pilih salah satu topik yang cocok untuk kantor Anda. Hubungi DeKa di 0812-19899-737 atau dkadarusman@yahoo.com
 
Salam hormat.
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
HR Development Consultant
 
Catatan kaki:
Kebanyakan klien pelatihan saya adalah pelanggan lama yang sebelumnya pernah mengundang saya. Atau pelanggan baru yang mendapatkan rekomendasi dari klien lainnya. Mungkin perusahaan Anda akan cocok juga dengan materi dan metode pelatihan saya. Hubungi DeKa di 0812-19899-737 atau dkadarusman@yahoo.com


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Friday, April 15, 2016

Gaya Hidup dan Perencanaan Pensiun (PRITA HAPSARI GHOZIE)

Beberapa bulan lalu, saya menerima slip pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan untuk rumah di bilangan Jakarta. Betapa terkejutnya tatkala mendapati bahwa beban pajak yang harus saya bayarkan melonjak dua kali lipat!

Pikiran saya pun langsung melayang kepada beberapa tetangga yang sudah masuk usia pensiun, bagaimana mereka dapat membayar biaya hidup kelak? Kenaikan biaya hidup pasti menjadi sebuah tantangan tersendiri saat memasuki masa pensiun. Sudah siapkah kita apabila tiba masanya?

Persiapan pensiun dalam perencanaan keuangan adalah salah satu tujuan keuangan yang penting dalam hidup seseorang. Berdasarkan riset yang dirilis Bank Dunia, penduduk lansia di Indonesia diprediksi akan mencapai 50 juta orang di tahun 2025 dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Dengan kemajuan teknologi kesehatan, para lansia juga memiliki harapan hidup yang lebih baik sehingga banyak saya temui saat ini adalah para pensiunan yang sudah menipis saldo asetnya disebabkan salah memperhitungkan besaran biaya hidup.

Kesalahan yang umum terjadi adalah menyepelekan biaya gaya hidup yang sulit untuk diturunkan. Banyak di antara kita beranggapan saat pensiun pengeluaran akan turun, padahal kenyataannya akan meningkat. Kapankah momen jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau liburan ke luar kota? Saat bekerja, kegiatan tersebut biasa dilaksanakan di akhir pekan atau saat tanggal merah. Saat pensiun: everyday is a holiday!

Antisipasi

Untuk mengantisipasi kegagalan dalam mempersiapkan biaya hidup di masa depan, maka perencanaan pensiun adalah solusinya. Perencanaan pensiun dapat dibagi menjadi empat tahapan. Tahap pertama adalah masa awal, umumnya first jobber hingga usia 35 tahun. Fokus pada kedisiplinan dalam menyisihkan penghasilan untuk berinvestasi.

Tahap kedua adalah masa kemapanan, umumnya berusia 35 tahun hingga 50 tahun. Fokus dalam investasi seharusnya sudah mulai merambah ke aset keuangan yang dapat memberikan penghasilan pasif. Misalnya, membeli apartemen untuk disewakan, menambah lahan tanah untuk perkebunan, dan lainnya. Di masa ini, investasi juga dapat ditempatkan di produk keuangan yang agresif seperti reksa dana saham atau membeli saham lapis pertama. Aset yang lebih agresif ini diperlukan untuk keperluan biaya hidup di atas usia 65 tahun kelak.

Tahap ketiga adalah masa persiapan pensiun. Umumnya dimulai lima tahun menjelang pensiun. Di masa inilah sangat penting untuk menghitung secara tepat kebutuhan biaya hidup di masa pensiun dan sumber daya apa saja yang telah dimiliki. Khusus untuk pembaca dalam tahapan ini, di tulisan ini saya tambahkan tips dalam hal langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan.

Pertama, hitung jumlah aset dan kewajiban yang Anda miliki saat ini. Apabila Anda masih punya saldo utang pinjaman perumahan atau utang kartu kredit, maka inilah prioritas utama yang harus Anda lunasi mulai dari sekarang. Usahakan memulai pensiun tanpa beban utang.

Kedua, siapa saja anak atau tanggungan lain yang belum berusia 21 tahun. Anda harus menghitung dengan pasti kebutuhan dana pendidikan untuk mereka ditambah kebutuhan dana menikah. Perhitungan sebaiknya bukan hanya untuk biaya pangkal dan biaya semester, melainkan termasuk juga biaya hidup (kos, transportasi, dan lainnya) serta biaya buku.

Ketiga, buat anggaran untuk biaya hidup di masa pensiun. Perhatikan pos pengeluaran yang berpotensi meningkat di atas tingkat inflasi seperti pos transportasi, pos listrik, pos pajak, dan lainnya. Untuk pos pengeluaran lain, Anda bisa gunakan kenaikan inflasi normal. Jangan lupa juga tambahkan untuk pos biaya kesehatan yang umumnya akan meningkat kebutuhannya di masa pensiun.

Keempat, hitung sumber penghasilan Anda di masa pensiun. Secara umum untuk karyawan, Anda akan mendapatkan saldo Jaminan Hari Tua, saldo dana pensiun, dan mungkin uang jasa dari pekerjaan sebelumnya. Coba hitung kembali, apakah saldo dananya cukup untuk memenuhi kebutuhan Anda kelak? Jika tidak, periksa jumlah aset yang telah Anda miliki.

Pada tahap ini, pengaturan aset investasi sebaiknya dilakukan dengan cermat. Aset investasi dan dana yang tersedia masih dapat dimaksimalkan untuk kenaikan modal pensiun. Penempatan dana dapat dilakukan di produk obligasi korporasi, reksa dana campuran, ataupun di bisnis. Cermati perkembangan investasi setiap tahun dan pastikan dana darurat tetap tersedia dalam jumlah yang ideal.

Tahap terakhir adalah masa mulai memasuki usia pensiun yang dapat dimulai sejak 55 tahun atau bahkan lebih cepat. Perencanaan dapat dilakukan dengan menyesuaikan aset yang tersedia dengan anggaran hidup yang baru. Alokasi aset investasi penting untuk dilakukan, terutama jika punya aset yang tidak produktif. Sebagian aset investasi yang akan digunakan sebagai sumber pendanaan biaya hidup harus dikonversi menjadi tabungan atau deposito. Usahakan untuk menggunakan bagi hasil bulanan sebagai sumber penghasilan.

Mempersiapkan masa pensiun pasti tidak lepas dari gaya hidup yang dipilih. Saya percaya setiap orang berhak mendapatkan masa emas yang sejahtera dan tidak pernah ada kata terlambat untuk berencana. Live a beautiful life!

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 April 2016, di halaman 25 dengan judul "Gaya Hidup dan Perencanaan Pensiun".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Friday, April 08, 2016

PSIKOLOGI: Penyesalan (AGUSTINE DWIPUTRI)

Dalam hidup adakalanya timbul penyesalan mengenai suatu tindakan yang kita lakukan, misalnya kita telah ingkar janji kepada seseorang; telah menyakiti hati ibu; memilih tempat kerja yang keliru; atau tidak berhasil mendapat beasiswa. Biasanya perasaan tersebut kemudian menghambat kita dalam melangkah ke depan. Bagaimana tindakan kita agar bisa meminimalkan rasa tersebut?

Marc Muchnick (2011) dalam bukunya,No More Regrets, mengatakan bahwa penyesalan berkaitan dengan segala hal yang telah kita lakukan, tetapi kita berharap tidak melakukannya atau ketika kita gagal melakukan sesuatu padahal kita berharap dapat melakukan. Keduanya sama-sama menghasilkan ketidakbahagiaan atau kekecewaan. Dengan kata lain, penyesalan adalah semua hal yang kita lakukan ataupun yang tidak kita lakukan. Oleh karena itu, penyesalan adalah tentang perilaku dan perasaan kita mengenai ketidakbahagiaan atau kekecewaan, yang berkaitan dengan perilaku tersebut.

Memahami penyesalan sebagai hasil dari perilaku kita berimplikasi langsung pada bagaimana kita membuat keputusan. Biasanya kita membawa sejumlah elemen dalam kerangka pengambilan keputusan kita, seperti waktu, konteks, kesempatan, dan biaya. Bagaimana kita akan merasakan sesuatu tentang keputusan setelah dibuat, apa yang akan menjadi dampak, dan sebagainya.

Penyesalan dan kesalahan

Perlu diingat bahwa penyesalan tidak selalu sama dengan kesalahan. Kita bisa belajar banyak dari kesalahan kita, tetapi tidak perlu harus menyesalinya. Bahkan, dalam kenyataannya, beberapa pelajaran terbaik dalam hidup berasal dari membuat kesalahan. Pada dasarnya, penyesalan dan kesalahan kita dapat berbeda melalui perasaan positif atau negatif yang kita hubungkan dengan tindakan tertentu. Sementara kita semua masih akan bertindak salah, maka kuncinya adalah menghindari membuat kesalahan yang akhirnya kita menyesal.

Lebih lanjut Muchnick mengatakan, meskipun sumber-sumber penyesalan adalah unik bagi setiap orang, ada aspek tambahan dalam memahami penyesalan, yaitu terdapatnya beberapa tema umum pada penyesalan, di antaranya:

- Kita terjebak dalam berbagai kebiasaan dan menjadi tahanan bagi rasa penyesalan kita.

- Kita mengandalkan banyak hal atau orang lain.

- Kita mengorbankan otentisitas (keaslian) kita.

- Kita berhenti tumbuh, belajar, dan berkembang.

- Kita menjadi terlalu mementingkan diri sendiri, tidak sensitif, dan menghakimi.

Mengurangi munculnya penyesalan

Dari sekian banyak cara yang ditawarkan Muchnick, pertama yang harus dilakukan adalah keluar dari berbagai kebiasaan yang Anda lakukan. Terdapat beberapa langkah untuk menjalani hal utama ini:

1. Berhenti melakukan hal yang tidak berguna.

Jangan berharap hidup menjadi berbeda jika Anda tetap melakukan apa yang selalu Anda lakukan. Apakah Anda berada dalam suatu hubungan yang buruk, pekerjaan yang salah, atau tempat dalam hidup Anda di mana Anda merasa terjebak, milikilah keberanian untuk mengubah dan menghentikan hal-hal yang merugikan Anda. Bebaskan diri dari penyesalan terhadap kondisi Anda dan ambillah arah baru yang berguna untuk Anda.

2. Pilih satu hal untuk memulai.

Lebih baik melakukan satu hal secara sungguh-sungguh daripada banyak hal secara buruk. Ketika melihat daftar hal-hal yang harus Anda lakukan, jangan mencoba untuk mengerjakan semuanya sekaligus. Sebaliknya, pertimbangkan satu hal pada daftar yang akan memberikan kepuasan terbesar dan paling efisien untuk waktu yang Anda gunakan. Kemudian pilih titik awal sehingga Anda dapat mulai bekerja menuju sukses. Ini akan membantu Anda merasa berenergi karena Anda akan memiliki strategi untuk bergerak maju dan tidak akan lagi merasa terjebak.

3. Berdamai dengan diri sendiri.

Penyesalan dapat bertahan kuat pada diri seseorang. Maka kuncinya adalah belajar bagaimana melepaskan diri dari cengkeramannya. Misalnya dengan meyakini bahwa saya tidak lagi terbebani oleh penyesalan yang berat karena saya telah melepaskan beban emosional saya dari kegagalan mempertahankan perkawinan. Ketika menghadapi hal yang menyiksa, hentikan gejolak batin. Berikan diri Anda izin untuk menjadi tidak sempurna dan tidak menyalahkan diri sendiri atas situasi yang tidak bisa Anda kendalikan. Berdamailah dengan diri sendiri dan atur diri Anda agar bebas dari masa lalu.

4. Ubah kesulitan menjadi peluang.

Jika kemudian Anda dihadapkan pada kesulitan, pikirkan bagaimana Anda dapat mengubahnya menjadi sebuah kesempatan. Pertimbangkan cara yang unik dan inovatif dalam mencari solusi. Lihatlah kemungkinan untuk sukses sebagai lawan dari kegagalan. Yakin pada diri sendiri dan miliki kepercayaan diri untuk merangkul situasi serta menghadapi tantangan ke depan.

5. Hindari mencari korban/menyalahkan orang.

Cara yang baik untuk memulai adalah dengan mengakui bahwa kita masing-masing memiliki kekuatan untuk mengubah cara kita bereaksi terhadap situasi yang kita hadapi dalam hidup. Misalnya, jika Anda merasa tidak puas dengan pekerjaan Anda, mengalami masalah hubungan dengan orang, bagaimana Anda menangani situasi ini benar-benar tetap bergantung pada Anda. Melihat ke dalam bukannya ke luar untuk mengidentifikasi sumber sejati dari penyesalan Anda. Tahan diri dari menyalahkan orang lain, membuat alasan, dan bertindak tak berdaya. Berhentilah mengeluh, ambil tanggung jawab pribadi untuk situasi Anda dan juga untuk solusi. Ketika kita berhenti mengasihani diri kita sendiri, perasaan menyesal tentang keadaan hidup kita akan mereda dan mampu melihat dunia dengan cara pandang yang lebih baik.

6. Menjauh dari orang yang "meracuni" diri.

Berada di sekitar orang "beracun" adalah suatu resep untuk penyesalan. Hindari mereka dari kehidupan Anda dan tinggal sejauh mungkin dari mereka. Sebaliknya, kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bersikap positif. Berada di sekitar mereka akan membuat Anda merasa lebih bersemangat, termotivasi, percaya diri, terinspirasi, bahagia, dan terus hidup.

Melakukan hal yang benar

Selain langkah-langkah di atas, hal lain yang juga penting diperhatikan ketika kita tengah memilih satu tindakan melampaui tindakan lainnya dalam hidup adalah selalu melakukan hal benar. Hal yang benar itu bergantung pada interpretasi individual. Ini yang menyebabkan mengapa kita harus membiarkan hati nurani kita menjadi penuntun dalam bertindak. Dalam konteks penyesalan, maka definisi dari hal yang benar mungkin paling diartikulasikan sebagai "pilihan yang tidak akan membuat Anda menyesal".

Melakukan hal yang benar adalah mampu hidup dengan berbagai keputusan Anda dalam setiap bagian kehidupan Anda. Pastikan bahwa keputusan Anda adalah sesuatu yang membuat Anda akan merasa bangga dan siap untuk tetap mendukung atau mempertahankannya. Ketika melakukan hal yang benar, Anda tidak akan pernah menyesali apa yang telah dilakukan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 April 2016, di halaman 25 dengan judul "Penyesalan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Related Posts with Thumbnails