Friday, April 28, 2006

MENYADARI KECEMASAN DALAM HIDUP

MENYADARI KECEMASAN DALAM HIDUP

Kecemasan tidak mungkin tidak ada dalam diri kita. Kecemasan disadari atau tidak selalu hadir dalam hidup ketika kita berinteraksi dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar kita. Sebenarnya apakah kecemasan itu?

Kecemasan (anxiety) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 2001) diartikan sebagai kekuatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi. Itu juga berarti suatu perasaan takut, kuatir bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dalam Kamus Konseling (Drs. Sudarsono, SH, 1996), kecemasan (anxiety) didefinisikan sebagai keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut yang menonjol.

Dalam konseling dikenal 3 (tiga) jenis kecemasan yang senantiasa ada dalam diri kita. Ketiga kecemasan itu adalah kecemasa alamiah (natural anxiety), kecemasan melumpuhkan (toxic anxiety)), dan
kecemasan luhur (sacred anxiety).

Kecemasan Alamiah (natural anxiety)

Kecemasan alamiah (natural anxiety) merupakan kekuatiran yang spesifik, relaistik, masuk akal, dan berperan membawa pertolongan. Ia berkaitan dengan ketidakpastian alamiah di tengah kehidupan, ketidakpastian tentang bagaimana sesuatu bakal terjadi. Ia juga merangkum konflik antara diri sendiri dengan dunia kehidupan. Di sinilah diri kita menghasilkan respon terhadap bahaya atau ancaman riil. Namun kecemasan alamiah tersebut merupakan hal yang wajar dan bisa diterima akal budi.

Kecemasan Melumpuhkan (toxic anxiety)

Kecemasan mmelumpuhkan (toxic anxiety) merupakan kekuatiran bersifat kabur, non-realistik, tak masuk akal, repetitif namun tak efektif. Ia merangkum konflik diri sendiri dengan diri sendiri. Ia bersumber dari afeksi bawah sadar yaitu keinginan, pikiran dan memori yang disupresikan. Ia pula bisa bersumber dari kecemasan alamiah dan luhur yang ditekan dan tidak diekspresikan. Kecemasan ini dapat meracuni dan melumpuhkan diri kita sehingga ia di sebut kecemasan toksik.

Kecemasan Luhur (sacred anxiety)

Kecemasan luhur (sacred anxiety) merupakan keprihatinan-keprihatinan atau kegelisahan-kegelisahan akhirat tentang kematian dan makna serta tujuan kehidupan. Ia adalah hasil interaksi rasionalitas sadar, afeksi bawah sadar dan rahmat Tuhan. Ia lahir dari ketidaktahuan eksistensial yang direpresentasikan oleh pertanyaan seperti: apa makna dan tujuan kehidupan, apa nasibku setelah kematian dan apakah ada Tuhan. Kecemasan ini merangkum konflik diri sendiri terhadap kehidupan. Ia bersifat terus menerus tapi hanya sekali waktu hadir dalam kehidupan.

Pertanyaannya krusialnya adalah apakah kecemasan alamiah harus diterima dan dihadapi atau justru dihindari?
Sebagai manusia rasional kita seyogiyanya menerima dan menghadapinya seturut kemampuan manusiawi dan disertai permohonan bantuan rahmat Allah (orang beragama).

Jika kecemasan-kecemasan ini dihindari atau diabaikan, maka mereka bisa menjadi kekuatan destruktif yang melumpuhkan seluruh proses pembentukan diri kita.

Yang penting kemauan kita untuk bertumbuh kembang secara utuh kita mesti membangun relasi yang baik dulu dengan diri kita sendiri, orang lain dan dunia kehidupan itu. Hal inilah amat membutuhkan komitmen, tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.

(Sumber: Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu-Zain, Sinar Harapan: 1996; Kamus Konseling Drs Sudarsono, 2001; dan bahan-bahan kuliah dosen Limas Sutanto di STFT Widya Sasana Malang)

No comments:

Related Posts with Thumbnails