Sunday, April 30, 2006

LANDASAN FILOSOFIS INDIVIDU MANUSIA

LANDASAN FILOSOFIS INDIVIDU MANUSIA

Pembentukan diri oleh diri sendiri mengisyaratkan bahwa terlebih dahulu seseorang perlu memahami landasa filosofis tentang individu diri manusia. Seorang konselor, Richard Dayringer meringkaskan sembilan butir permikiran penting untuk memahami individu manusia seperti berikut ini:

1. Individu memiliki nilai (kebaikan) dan martabat intrinksik. Inilah implikasi dan citra Tuhan dalam diri manusia. Hal ini tampak dalam kemampuan berkomunikasi secara cerdas, mentransendensi diri, merenungkan masa depan, memilih secara bertanggung jawab dan memiliki rasa humor.

2. Individu merepresentasikan nilai tertinggi. Manusia merepresentasikan nilai tertinggi yang melampaui nilai-nilai lain, semisal nilai institusional dan nilai moralistik. Individu-individu tidak bisa dinilai berdasarkan kualitas jiwani mereka atau berdasarkan status sosial mereka. Mereka seyogiyanya tidak saling memanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan masing-masing. Justru niscayalah mereka berelasi dengan cara yang dirangkum olen Martin Buber dalam ungkapan I and Thou (Aku dan Engkau Saudaraku). Manusia merupakan makhluk yang merupakan ciptaan tertinggi Tuhan.

3. Individu-individu memiliki kebutuhan-kebutuhan. Setiap insan punya kebutuhan tertentu yang melekat pada dirinya. Ada banyak pendapat yang merangkum katalog kebutuhan (motif, dorongan) itu. Daftar tersebut mungkin merangkum kebanyakan kebutuhan dasar: udara, minuman dan makanan, kebersihan, persekutuan antar insan dan komunikasi, cinta kasih dan seksual. Hal-hal itu tidak bersifat opsional, karena diperlukan untuk survivalitas dan kesejahteraan hidup wajar. Hal-hal yang opsional adalah cara-cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu. Maslow memeringkatkan berbagai kebutuhan dalam suatu hierarki. Pada tataran paling dasar ada kebutuhan untuk survivalitas, mencakup udara, air, makanan, kebutuhan fisiologis, seks, komunikasi dan istirahat. Pada tataran di atasnya ada kebutuhan akan keamanan, mencakup kebutuhan-kebutuhan yang lahir dari keinginan menepis rasa takut, kebutuhan keamanan fisis, kebutuhan untuk menjaga diri dan kebutuhan ekonomis. Pada tataram berikutnya terdapat kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan kepemilikan, kebutuhan pada perspektif individu, kelompok, korporasi. Pada tataran berikut terdapat kebutuhan akan harga diri, mencakup pengakuan, penghayatan diri sebagai kemandirian, kebutuhan akan status di tengah masyarakat dan kebutuhan akan orang-orang lain. Pada puncaknya terdapat kebutuhan untuk beraktualisasi diri.

4. Individu-individu mempunyai tujuan-tujuan. Manusia tidak bisa dimengerti secara psikologis lepas dari tujuan-tujuan individualnya, karena proses mental dan aktivitas fisis yang selalu dihasilkannya selalu berorientasi ke tujuan yang bagi si manusia terasa menawarkan berbagai janji bernilai.

5. Individu-individu saling berelasi. Relasi mencerminkan kebutuhan akan interaksi yang memungkinkan individu merealisasikan kepribadiannya. Seperti dikatakan Paul Johnson, sangat sulit dibayangkan bagaimana kepribadian manusia akan berkembang di tengah isolasi diri dari orang-orang lain.

6. Individu memiliki kemerdekaan. Setiap insan punya hak inheren untuk membuat keputusan dan melangsungkan suatu kehidupan pribadi. Individu memiliki potensi untuk memilih secara arif dan menjalani kehidupan yang diarahkan oleh dirinya sendiri, dipenuhi oleh dirinya sendiri dan ditransendensi oleh dirinya sendiri. Bahkan manusia punya hak untuk melakukan kesalahan, kendati hak itu bisa dikontrol oleh institusi sosial, seperti pemerintah.

7. Individu mempunyai tanggung jawab. Setiap insan bertanggung jawab atas pilihan pribadi yang telah dibuatnya. Manusia bertanggung jawab atas kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap Tuhan serta orang-orang lain atas setiap keputusan yang dibuatnya. Maka sesungguhnya manusia bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam relasi dengan Tuhan dan orang lain, serta bertanggung jawab untuk memelihara relasi itu.

8. Individu bertumbuh kembang karena cinta kasih (kasih sayang). Selama berabad-abad, cinta kasih (kasih sayang) selalu menjadi tema warta para nabi, para guru dan para penyair di tengah dunia. Kini para saintis perilaku meyakini betapa kehidupan tanpa cinta kasih (kasih sayang) adalah cacat fatal. Anak yang tak diinginkan, kenakalan remaja, neurosis pada orang dewasa dan problem insan lanjut usia, semuanya merepresentasikan keputusasaan karena kondisi miskin cinta kasih (kasih sayang).

9. Individu mempunyai jalan menuju relasi ilahi. Seiring dengan kian diraihnya pemahaman tentang relasi antar insan, manusia pun makin mungkin menyadari adanya potensi untuk menumbuhkembangkan relasi personal dengan Tuhan. Rasa bersalah atau rasa berdosa bisa memotivasi manusia mencari relasi seperti itu, karena pengampunan Tuhan yang selalu terangkum di dalamnya.

Pemahaman kesembilan butir landasan filosofis individu manusia tersebut di atas akan membawa kita pada penyadaran terhadap potensi dan kekuatan yang kita miliki untu bertumbuh kembang. Ia merupakan modal pendukung yang amat positif dalam proses pembentukan diri oleh diri sendiri.

======
Sumber: bahan-bahan kuliah Konseling, Limas Sutanto, dosen STFT Widya Sasana Malang.

No comments:

Related Posts with Thumbnails