PRAKTEK PEMBENTUKAN DIRI (sambungan)
TahapII: Mengerti diri dan keterampilan mempribadikan
a. Pengertian
Dengan tahap menyelidiki diri kita tahu keadaan diri yang obyektif. Tahap berikut dari proses belajar kita adalah MENGERTI DIRI. Kita mengerti dimana kedudukan kita dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin kita capai. Pada tahap mengerti diri ini, kita berusaha mengerti akar-akar penyebab dalam diri kita yang ikut serta menciptakan keadaan kita itu. Dengan kata lain, kita ingin mengerti apa yang saya buat dan tidak saya buat sehingga keadaan saya itu tercipta.
Bila kita ingin mengerti akar penyebab dalam diri kita yaitu apa yang kita buat dan tidak kita buat sehingga keadaan itu terjadi, atau kita tahu apa andil kita dalam menciptakan keadaan kita itu, maka kita kan mengerti pula apa yang sekarang harus kita buat untuk memperbaiki keadaan itu.
b. Pelaksanaan
Untuk memperlancar mengerti diri ini, kita gunakan keterampilan MEMPRIBADIKAN. Ada dua macam keterampilan mempribadikan, yaitu keterampilan mempribadikan permasalahan dan keterampilan mempribadikan tujuan.
Keterampilan mempribadikan permasalahan kita laksanakan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita, “Dengan cara bagaimana saya ikut serta menciptakan keadaan saya itu?” atau “Apa yang saya buat dan tidak sehingga saya iri kepada teman saya?” Saya menjadab, “Saya iri karena saya tidak mau menerima diri saya apa adanya dan saya tidak mendalami perintah kasih sayang kepada sesama. “Sekarang saya tahu akar permasalahan dalam diri saya yang menciptakan keadaan saya itu. Saya tidak mau menerima diri dan tidak mendalami perintah kasih sayang kepada sesama”. Inilah yang disebut mempribadikan masalah.
Setelah mengerti akar permasalahan yang ada dalam diri saya, saya menentukan apa yang harus saya buat untuk memperbaiki keadaan. Saya menggunakan keterampilan mempribadikan tujuan. Saya bertanya kepada diriku, “Apa tujuan hidup saya sekarang?” Saya menjawab, “Tujuan hidup saya ialah belajar menerima diri saya apa adanya dan merenungkan perintah kasih kepada sesama manusia”.
Keterampilan mempribadikan permasalahan membuat kita sadar akan akar keterlibatan kita dalam permasalahan kita dan membuat kita bertanggung jawab atas apa yang kita buat dan tidak kita buat. Ini membebaskan kita kecenderungan menyalahkan orang lain dalam menghadapi permasalahan kita. Bila dalam menghadapi permasalahan, kita menyalahkan orang lain, maka kita tidak akan terdorong untuk mengubah diri. Dan permasalahan kita tidak akan terpecahkan. Dengan memusatkan pada apa yang saya buat dan tidak saya buat sehingga keadaan itu muncul, maka saya didorong untuk mengubah diri. Dengan demikian ada harapan perubahan.
Keterampilan mempribadikan tujuan membuat kita mampu mengubah permasalahan menjadi tujuan. Dengan demikian kita tahu arah untuk bertindak. Arah inilah yang harus kita ikuti dan semaksimal mungkin kita mencurahkan daya kita untuk tindakan perbaikan.
Mari kita iktui contoh ini. Ali pada tahap menyelidiki diri menemukan, “Saya tidak bersemangat mengikuti kuliah di Universitas Indonesia karena saya tidak dapat melihat makna dan hidup dan tujuan kuliah bagi masa depan saya”. Dalam keadaan sperti itu, doa saya terasa kering karena sulit menemukan Allah dalam hidup saya”. Selanjutnya ia ingin masuk tahap II dari proses belajar yaitu mengerti diri. Ia menggunakan kecakapan mempribadikan permasalahan. Ia bertanya, “Apa keterlibatan saya dalam permasalahan ini?” Dia merenungkan sejenak dan mohon bimbingan Tuhan. Lalu dia menjawab, “Saya selama ini tidak pernah mencari dan memperdalam arti hidup dengan lebih serius. Rumusan ini masih agak kabur, maka ia bertanya lagi, “Apa yang persis saya maksud? Yang saya maksud adalah bahwa saya selama ini tidak pernah memanfaatkan kegiatan-kegiatan rohani seperti pendalaman iman dan membaca Kitab Suci dan bersama sebagai kesempatan untuk memperdalam arti hidup, sehingga pandangan saya tentang hidup menjadi picik dan dangkal. Ia ikut doa dan pendalaman iman sekedar hadir saja”.
Setelah yakin akan keterlibatannya dalam permasalahannya, Ali melaksananakan keterampilan mempribadikan tujuan dengan mengubah permasalahan menjadi tujuan. “Tujuan saya ialah memanfaatkan kegiata-kegiatan rohani: pendalaman iman, bacaan Kitab Suci dan doa bersama sebagai kesempatan untuk memperdalam arti hidup”. Sekarang Ali melihat dengan jelas arah yang harus dituju sehingga mencurahkan daya untuk mencapai tujuan itu.
No comments:
Post a Comment