Sunday, December 21, 2014

Menjadi Mahir dalam Bidang Karir

Sekalipun Anda orang yang serba bisa misalnya, pasti ada sesuatu yang tidak bisa Anda lakukan kan? Benar. Karena, ada banyak hal diluar jangkauan kemampuan kita.

Sebenarnya tidak masalah sih. Toh, kita tidak harus mampu melakukan segala hal untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Cukup bisa melakukan apa yang kita butuhkan saja kan sudah memadai.

Yang menjadi persoalan adalah; untuk hal-hal yang tidak penting, kita bisa melakukannya. Sedangkan hal penting dalam hidup justru banyak yang kita tidak mampu lakukan.

Jadinya, kita hanya sibuk dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya buat hidup kita. Biar nggak begitu terus, kita mesti mulai membangun kebisaan dan kebiasaan yang benar-benar berguna buat karir kita. Supaya hidup kita menjadi lebih baik.

Dalam banyak situasi, sebenarnya kita ini bukannya tidak bisa. Melainkan belum tahu caranya saja. Begitu tahu, kita bilang 'oh, begini toh... Ternyata gampang banget ya.'

Contoh sederhana. Orang yang kesulitan mengeluarkan saos dari botol di restoran pizza. Cukup dikasih tahu caranya, langsung bisa. Gak perlu susah payah latihan segala.

Sekarang, coba identifikasi. Hal penting apa dalam karir yang belum bisa Anda kuasai? Lalu, temukan siapa yang mahir dalam bidang itu. Anda mungkin hanya perlu memintanya mengajari satu atau dua kali untuk memiliki keterampilan yang sama. Dan dengan keterampilan itu, banyak kejabaiban terjadi dalam hidup Anda.

Sesederhana itu loh caranya. Jika dikantor Anda tidak ada ahlinya gimana? Ya bagus dong. Anda bisa menjadi orang pertama yang menguasainya kan? Cari orang diluar kantor untuk menjadi guru Anda dibidang itu. Luangkan waktu dan sedikit modal tak jadi soal.

Untuk hal-hal tertentu seperti soft skills dan leadership skills misalnya, Anda nggak perlu keluar modal sendiri. Cukup sarankan saja kepada perusahaan agar mengundang trainer yang kompeten dibidangnya. Gampang kan?

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman  
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, December 17, 2014

Dekat dengan Bos Besar

Seberapa dekat Anda dengan boss besar? Kalau jabatan Anda belum tinggi tentu tidak dekat ya. Kecuali jika Anda sekretarisnya. Tahukah Anda bahwa dekat dengan boss itu penting?

Dengan dekat pada boss besar, maka peluang Anda untuk punya karir bagus menjadi terbuka lebih lebar.

"Halah, itu namanya carmuk dong Dang!" Itulah masalah kita. Setiap kali ada orang yang dekat dengan boss, serta merta kita menganggapnya cari muka. Mungkin memang ada yang begitu. Tapi tidak semuanya kayak gitu.

Kalau Anda dekat dengan boss hanya karena sekedar bikin dia senang, Anda memang carmuk. Tapi kalau kedekatan itu didukung oleh kualitas pribadi yang mumpuni; ya nggak carmuk, dong.

Boss besar butuh orang tangguh disekelilingnya. Anda, bisa nggak jadi orang tangguh itu? Jika bisa, ngapain mesti pusing dituduh carmuk? Anda punya kemampuan lebih kok.

Kecuali kalau Anda memble, ya emang percuma dekat dengan boss kan? Nggak ada manfaat signifikan yang bisa Anda kontribusikan. Dan wajar, kalau dibilang carmuk.

Anda, bisa berkontribusi lebih. Kerahkan segenap kemampuan untuk menarik perhatian boss. Jika cara Anda elegan, nggak usah takut dituduh carmuk. Yang penting, tonjolkan kemampuan profesional itu.

Jika Anda belum memiliki kemampuan yang layak dikenali boss besar gimana? Ya diasahlah sejak sekarang. Sambil membuang stigma pikiran bahwa orang yang dekat dengan atasan pasti cari muka.

Dengan begitu, maka hati Anda menjadi bersih dari prasangka. Sedangkan keterampilan Anda semakin mumpuni. Dan dengan kedua sifat itu, maka Anda bisa menjadi orang dekat bagi boss besar tanpa mengkhawatirkan apapun.

Semua itu, bisa dilakukan melalui latihan secara konsisten. Cari teman yang mempunyai tujuan yang sama dengan Anda. Jika perlu, ikuti pelatihan yang bagus. Boleh dikelas publik. Boleh juga yang diadakan secara internal dikantor Anda.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman  
Author, Trainer, and Public Speaker
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, December 03, 2014

Prestasi Kerja kita tidak hanya Diukur dengan Berapa Lama kita Berada di Kantor

Prestasi kerja kita tidak hanya diukur dengan berapa lama kita berada dikantor. Atau berapa banyak aktivitas yang kita lakukan. Melainkan juga seberapa patuhnya kita pada aturan main yang berlaku disana.

Orang pinter, terampil, dan berpengalaman pun jika tidak 'compatible' atau tidak sanggup menyesuaikan diri dengan aturan main itu biasanya akan mental. Jika tidak mental; maka dia seperti nabrak tembok.
Walhasil, pasti keseharian kerja yang dijalani sehari-hari nggak bakal kerasa asyik. Nyesek aja yang ada. Sehingga, dia nggak benar-benar menikmati pekerjaannya.

Kalau sudah begitu, nggak mungkin banget kan bisa mencatatkan prestasi kerja yang baik. Karena prestasi yang baik hanya dihasilkan dari kesungguhan untuk mencurahkan segenap kemampuan pada pekerjaan.

"Biarin ajalah Dang. Kalau kinerja gue pas-pasan, ya salah perusahaan sendiri. Tahu rasa saja mereka!"

Jika mikir begitu, seolah-olah kalau kita nggak berkinerja bagus yang rugi itu perusahaan. Padahal, kita lebih rugi lagi. Rugi waktu. Rugi umur. Rugi kesempatan. Rugi segala-galanya.

Dengan kinerja yang buruk, kan nggak mungkin kita membawa pulang reward terbaik. Untung masih dipertahankan. Soalnya sulit buat perusahaan untuk menerima karyawan yang tidak mau menyesuaikan diri dengan aturan main disana.

Jika Anda merasa ada tempat lain yang bakal lebih cocok, pindah mungkin lebih baik. Jika tidak, maka sebaiknya Anda belajar menyesuaikan diri dengan kultur perusahaan. Anda bahkan bisa mempengaruhi perusahaan secara positif. Misalnya, menyarankan untuk mengundang trainer yang Anda inginkan.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman  
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, November 30, 2014

Pentingnya Sikap, selain Skill

Sebagai seorang trainer, saya menemukan banyak karyawan yang frustrasi dengan karirnya. Galau mereka.

Hasil kerjanya hebat. Terampil dalam pekerjaan. Punya segudang pengalaman. Tapi karirnya, kesalip terus oleh orang lain; bahkan oleh anak kemarin sore. Sehingga perilaku mereka pun semakin memburuk. Kebayang kan, 'sakitnya tuch disini….'
 
Faktanya, Skill bukanlah aspek Nomor 1 dalam perkembangan karir seseorang. Melainkan Attitude alias sikap. Keterampilan kerja kita boleh sangat istimewa, tapi kalau sikap kita buruk; maka karir kita tidak akan pernah bisa berkembang.
 
Pertanyaannya adalah; apakah sikap buruk yang membuat karir kita memburuk? Ataukah karir kita yang buruklah yang justru membuat sikap kita menjadi buruk? Terserah sajalah, mau salah satu atau dua-duanya; gak soal.
 
Yang penting mah ini; pastikan saja sikap Anda dikantor baik. Supaya setiap orang yang berinteraksi dengan Anda merasakan perilaku baik Anda. Karena orang lain, menilai Anda bukan dari keterampilan kerja Anda. Melainkan perilaku Anda.
 
Jika orang lain tidak memilih kita, mungkin itu bukan karena mereka tidak mengakui kompetensi kita. Melainkan karena kita tidak memoles kompetensi itu dengan sikap baik yang tercemin dalam perilaku kita saat berinteraksi dengan mereka.
 
Memang, kadang ada kejadian yang memancing kita untuk bersikap negatif. Tapi, Anda mesti konsisten dengan sikap yang baik itu. Sebab, hanya dibutuhkan setetes noda saja kok untuk mengotori kain yang putih. Makanya, hindari bereaksi secara negatif.
 
Anda, bisa mencari penguatan jika diperlukan. Atau usulkan pada perusahaan untuk sekali-kali mengadakan pelatihan sikap mental positif. Agar energy positif didalam diri Anda, senantiasa terjaga. Siapa trainernya? Terserah Anda saja.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman   
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, November 27, 2014

Setiap orang punya cerita hebat tentang perjalanan hidupnya

Setiap orang punya cerita hebat tentang perjalanan hidupnya. Dan setiap cerita hebat sarat dengan inspirasi. Sehingga orang lain bisa mendapat manfaat. Lalu tergerak untuk menjadikan hidupnya lebih baik.

Contohnya seorang office boy disebuah perusahaan otomotif. Dia hadir dalam training saya. Beliau menceritakan perjalanan karirnya hingga saat ini mendapat kepercayaan sebagai kepala gudang spare part.

Bagaimana caranya? Pekerjaan sebagai office boy memungkinkan dirinya masuk ke berbagai ruangan. Termasuk ruang training bagi mekanik baru. Kesempatan yang bagus untuk 'menguping' pelajaran dari instruktur ketika sedang mengajar.

Orang ini bekerja sampai larut malam. Bukan untuk mengepel lantai, tapi membaca referensi dan literatur. Sambil memperhatikan seluk beluk dan membongkar pasang mesin di ruang praktikum. Itu membuatnya mengerti cara kerja mesin.

Ketika ada siswa mekanik yang kesulitan memahami pelajaran, beliau membantunya. Ternyata, mereka lebih mudah memahami dengan bahasa pengajarannya yang sederhana.

Perusahaan mendeteksi kejadian itu, lalu mempromosikannya menjadi instruktur. Kepiawaiannya kemudian membawanya kepada kepercayaan yang lebih besar. Sekarang, dia diberi tanggungjawab untuk mengawasi gudang spare part.

Orang ini belum menjadi CEO. Namun, cara menjalani karirnya mengagumkan. Lagi pula, jabatan itu kan hanya dampak saja. Esensinya ada pada bagaimana dia menjalani keseharian kerjanya. Dan itu, cukup untuk melahirkan sebuah cerita hebat yang menginspirasi.

Sudahkah Anda punya cerita hebat juga? Jika belum, mulailah sekarang. Jika Anda melihat ada orang yang bisa menginspirasi, tidak ada salahnya menyarankan kantor untuk mengundangnya kan?

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, November 24, 2014

Anda mesti membangun kepercayaan itu dengan kemampuan professional Anda

Banyak yang merasa kehadirannya tidak diperhitungkan. Padahal, kita bisa bekerja lebih baik jika kehadiran kita dianggap kan? Kalau orang-orang penting itu nggak nganggep kita, ngapain juga kerja keras kan?
 
Ya nggak begitu juga kalee. Sikap seperti itu justru membuat kita semakin tidak dikenali. Kita, mesti membantu orang lain tahu kemampuan bagus yang kita miliki.
 
Masih ingat cerita Celine Dion tentang Josh Groban yang saya sampaikan? Sekarang, saya akan menceritakan kisah itu dari sudut pandang Josh Groban sendiri. Josh mengaku sangat grogi sekali, sehingga malah terpaku dibelakang panggung tanpa ada orang yang mengenalinya.
 
Panitia riweuh menantikan Josh. "Dimana dia? Dimana dia?" demikian mereka saling bertanya. Padahal, orangnya ya ada disitu.

"Saya Josh. Saya sudah disini sejak 30 menit yang lalu…." Mereka bilang; "YYYOU?" Nada yang bukan sekedar tidak percaya, tetapi mempertanyakan apa iya dia bisa menyanyikan bagian Andrea Bocelli.
 
Boss akan meragukan Anda juga, jika dia tidak mengenali kemampuan Anda. Seperti mereka yang ketika itu belum mengenal Josh Groban. Salahkan mereka? Tidak. Mereka bertindak professional, sehingga tidak kepada sembarang orang tugas penting diberikan.
 
Maka, kalau boss besar Anda memandang sebelah mata; itu bukan salah dia. Tapi karena beliau belum mengenal siapa Anda sebenarnya. Tugas Anda adalah untuk memperlihatkan kepadanya bahwa Anda layak mendapatkan kepercayaannya.

Setiap hari, Anda mesti membangun kepercayaan itu dengan kemampuan professional Anda. In sya Allah, keberadaan Anda akan diperhitungkannya.
 
Makanya, kemampuan itu mesti diasah terus melalui berbagai macam cara. Termasuk pelatihan dan kegiatan pengembangan lainnya. Jangan sia-siakan jika kantor Anda mengadakan pembelajaran apapun. Malahan, Anda bisa mengusulkan trainer yang menurut pendapat Anda mampu memberikan tambahan referensi berharga.  
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman   
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, November 19, 2014

Intelektualitas dan Komunikasi Pemimpin

Intelektualitas berkaitan langsung dengan komunikasi. Artinya, sebagai atasan kita mesti melatih diri agar apa yang dikomunikasikan kepada anak buah bisa diterima oleh akal sehat.

Semakin cerdas anak buah kita, semakin kritis daya pikirnya. Dan semakin besar pula kebutuhannya untuk berkomunikasi secara logis. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi, maka kita tidak akan mendapat dukungan mereka.

Cara pemerintah mengkomunikasikan kenaikan harga BBM, bisa menjadi contoh berharga. Saat pejabat negara bilang "Rakyat senang dengan kenaikan BBM", misalnya. Bagi orang yang memiliki intelektualitas, pernyataan ini sama sekali tidak logis.

Demikian pula ketika dipidatokan supaya harga-harga produk lain turun dengan naiknya BBM. Hal itu berbenturan dengan logika dan intelektualitas pendengarnya.

"Ah, saya kan nggak butuh dukungan anak buah. Paksain aja. Kalau nggak nurut, bisa dikasih teguran." Anda benar, jika berpikir demikian. Tapi kepemimpinan itu tidak identik dengan 'tangan besi'.

Anak buah Anda, mungkin mau saja mengikuti perintah Anda. Namun ketika Anda tidak ada, mereka meninggalkan tugasnya dengan gembira ria. Bahkan boleh jadi, mereka berdoa agar tidak jumpa lagi dengan Anda.

Sesungguhnya, berkomunikasi secara logis itu merupakan kunci keberhasilan kepemimpinan. Bahkan sekalipun Anda harus mengkomunikasikan hal yang tidak menyenangkan.

Jika Anda bisa menjelaskannya secara logis, dan membantu anak buah untuk memahaminya; maka mereka pun akan menjalankan instruksi Anda. Meskipun mereka nggak suka, tapi paham kenapa mesti begitu; maka mereka jadi mau juga.

Jelaslah bahwa kemampuan komunikasi secara logis meningkatkan efektivitas kepemimpinan kita. Dan itu merupakan skill penting yang mesti kita kuasai.

Nggak rugi kok kalau Anda terampil berkomunikasi secara logis. Jika butuh pelatihan, Anda boleh meminta pada kantor untuk mengadakan trainingnya. Dan Anda juga boleh mengusulkan siapa trainernya.

Salami hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, November 16, 2014

Keterampilan Berkomunikasi

Benar, keterampilan komunikasi itu penting bagi karir kita. Namun, hanya jika kita bisa melakukan komunikasi dengan baik.

Salah satu ciri baiknya komunikasi adalah akurasi informasi yang kita berikan. Bayangkan kalau informasi yang Anda sampaikan kepada boss keliru. Maka boss Anda bisa salah mengambil keputusan kan?

Tgl 10 November lalu misalnya. OJK merilis daftar 262 perusahaan 'investasi bodong'. Sewaktu membaca daftar itu, saya merasakan adanya kejanggalan. Ada beberapa perusahaan dalam daftar itu yang tak patut disebut bodong.

Bagaimana saya bisa seyakin itu? Karena pada saat itu saya sedang melakukan riset untuk sebuah program pelatihan di sebuah lembaga pengawasan dilingkungan Kementerian Perdagangan. Dan ada data terkait yang saya pelajari.

Anda, mungkin tidak ambil pusing, karena tidak ada urusan dengan informasi itu. Tapi bisa dibayangkan dampaknya pada perusahaan bersangkutan. Dan publik yang terkait pun bisa panik.

Dikantor-kantor, lumayan banyak loh keputusan keliru dibuat karena informasi yang keliru macam itu. Makanya, dalam proses planning kita punya prinsip 'garbage in, garbage out'. Bahaya, kalau kita menelan 'sampah'.

Ada kejadian boss marah besar kepada seorang karyawan. Belakangan ketahuan bahwa karyawan tersebut tidak bersalah. Karena boss menerima informasi yang salah, maka dia bertindak salah.

Kalau salah kan bisa minta maaf, Dang. Iya, tapi apa artinya minta maaf jika efek dari kesalahan informasi yang kita komunikasikan itu sudah terlanjur merugikan orang lain?

Banyak pula pelanggan yang marah karena kelirunya informasi yang mereka dapatkan. Reputasi perusahaan pun dipertaruhkan.

Makanya, penting untuk terus mengasah kemampuan komunikasi. Sesekali bahkan kantor perlu juga mengadakan pelatihan. Anda bisa menghubungi trainer yang tepat jika membutuhkan bantuan.

Salami hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, November 14, 2014

"Kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Ini adalah tanggung jawab suci sebagai manusia." (Albert Einstein)

1. "Ada kualitas yang harus dimiliki orang untuk menang, yaitu tujuan yang jelas, tahu yang diinginkan, dan semangat membara untuk meraihnya." (Napoleon Hill)

2. "@Your_Say: The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why. –Mark Twain

3. "@ao_Buddha: The mind is everything; what you think you become."

4. "Lakukanlah setiap harinya sedikit lebih banyak daripada apa yang anda pikir sanggup untuk anda lakukan." (Lowell Thomas)

5. "@marshawright: "Enthusiasm is excitement with inspiration, motivation, and a pinch of creativity." - Bo Bennett"

6. "Cara untuk selamat adalah tidak pernah merasa aman." (Thomas Fuller)

7. "Tetaplah puas melakukan pekerjaan yang baik dan biarkan oranglain membicarakan kita sesuka hati mereka." (Pythagoras)

8. "Lihatlah ke dalam. Rahasianya terdapat di dalam diri anda." (Hui Neng).

9. "Dalam Aksara Tiongkok, kata krisis terdiri dari dua karakter. Karakter yang satu berarti bahaya, satu lagi berarti kesempatan." (John F. Kennedy)

10. "@marshawright: "Words and actions will separate a wise man from the crowd." ― Bamigboye Olurotimi"

11. "@thecircledancer: " A writer doesn't have to be the smartest person in the room; only the most observant. " F. Scott Fitzgerald"

12. "Kapal tanpa kemudi dan orang tanpa tujuan akhirnya akan terdampar di gurun." (Napoleon Hill)

13. "Kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Ini adalah tanggung jawab suci sebagai manusia." (Albert Einstein)

14. "Dorong diri anda terus dan terus. Jangan berikan satu senti pun sampai tanda berakhir dibunyikan." (Larry Bird)

15. "Kehidupan kita adalah jumlah total semua pilihan yang telah kita buat." (Wayne Dyer)

Dari berbagai sumber.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, November 12, 2014

Menyiapkan Masa Pensiun

Setiap orang ingin mendapatkan kecukupan. Itu pastilah. Karena, hidup berkecukupan memberikan ketenteraman. Stress kita kalau kekurangan kan.

Selama mendapat penghasilan rutin, nggak jadi masalah. Meski nggak berlimpah, minimal ada yang diharapkan. Itulah enaknya menjadi karyawan.

Masalahnya, masa produktif kita dibatasi hingga usia 55. Padahal, hidup kita mungkin bisa lebih lama. Pertanyaannya adalah; apakah 'hasil kerja' selama ini bisa mencukupi sisa perjalanan hidup kita?

Jika gaji Anda puluhan atau ratusan juta, mungkin bisa. Tapi kalau penghasilan pas-pasan ya susah ya. Mau dipaksain gimana juga tetap saja megap-megap.

Tapi, ada satu hal di kantor Anda yang bisa menjadi sumber nafkah Anda sampai akhir hayat. Tahukah Anda apakah itu? Silakan catat ini; 'Keahlian Anda'.

Makanya, Anda jangan bekerja cuman buwat cari duwit. Anda mesti meniatkan untuk membangun keahlian. Meski bayarannya nggak besar, tekun aja kerja disitu. Asah kemampuan Anda. Maka akan Anda dapatkan 2 manfaat ini:

Satu, prestasi kerja Anda bakal bagus sehingga perusahaan senang pada Anda. Dan mungkin, bayaran buat Anda juga akan dinaikan kan? Perusahaan senang, Anda juga senang.

Dua, Anda bakal punya keahlian yang bisa diandalkan untuk mencari penghidupan kelak. Anda nggak akan seperti kebanyakan pensiunan yang bingung mau ngapain. Karena Anda, punya keahlian yang bisa membuat Anda tetap bisa berkarya.

Untuk itu, Anda mesti memulainya sekarang. Melatih diri dengan sepenuh hati. Bekerja dengan penuh dedikasi. Sambil terus mengasah diri. Kalau kantor Anda akan mengadakan training misalnya, Anda juga bisa mengusulkan untuk mengundang trainer yang Anda inginkan.

Salami hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, November 05, 2014

Kompetensi Komunikasi dan Karir

Semua orang bisa berkomunikasi kan ya. Orang 'berkebutuhan khusus' pun bisa. Tapi apakah kualitas komunikasinya baik atau tidak, nah itu tidak dijamin. Padahal, komunikasi sangat menentukan pencapaian karir kita.

Banyak orang pandai, berwawasan luas, terampil dalam bekerja namun tidak berkembang karirnya karena tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

Sebaliknya, dengan kemampuan berkomunikasi yang baik; orang standar alias sedang-sedang saja justru karirnya bisa berkembang lebih cemerlang.

Orang-orang pinter pada nggerundel 'kenapa kok si cemen itu yang dipilih menejemen? Gue kan lebih hebat dari dia?!'

Persoalannya bukan soal cemen atau tidak. Tapi soal bagaimana keunggulan Anda itu sampai ke telinga pengambil keputusan. Dan untuk itu, proses komunikasi memegang peran signifikan.

Contoh sederhana deh. Anda punya banyak gagasan. Tapi Anda pendem aja itu ide dikepala Anda. Mau ngomong ke atasan sungkan. Apalagi presentasi ke direksi. Kemampuan komunikasi Anda memble.

Teman Anda, punya ide sederhana. Namun dia susun ide itu secara sistematis. Lalu dikomunikasikan kepada pengambil keputusan. Kemudian mendapat persetujuan. Maka kecanggihan gagasan Anda itu nggak ada gunanya.

Contoh lain. Jabatan tinggi biasanya berkaitan dengan fungsi koordinasi. Memimpin orang lain supaya terbangun sinergi. Bagaimana mungkin menejmen mempercayakan fungsi itu kepada orang yang tidak terampil berkomunikasi?

My friend, communication skill is imperative to develop your career. Makanya mesti diasah terus. Latihan tiap hari. Kalau perlu, usulkan kepada perusahaan agar mengundang trainer yang bagus untuk memberikan pelatihan.

Salami hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, November 02, 2014

Bersaing dengan Hati Bersih

Kita tidak perlu bersaing untuk mendapatkan oksigen. Tuhan kan menyedikannya secara melimpah. Alhamdulillah.
 
Namun untuk hal lainnya dalam hidup, kita mesti berkompetisi. Dan ketika bersaing, kita tidak menginginkan apapun selain kemenangan.
 
Dalam persaingan kita suka tergoda menghalalkan segala cara. Bukan hanya dikancah politik itu kejadian. Dalam persaingan karir pun demikian.
 
Padahal, kekalahan pun sesungguhnya memiliki beribu hikmah. Sehingga kemenangan bukanlah segala-galanya. Karena; "Apa yang kita pandang baik, belum tentu baik. Dan apa yang kita kira buruk, belum tentu buruk." Demikian Allah berfirman.
 
Tugas kita sesungguhnya bukanlah untuk mengalahkan orang lain. Melainkan mengerahkan segenap kemampuan.
 
Sebuah persaingan hakikatnya bukanlah untuk saling mengalahkan. Melainkan saling menyemangati agar teroptimalkan potensi diri.
 
Jadi, persaingan itu baik. Yang menjadikannya buruk adalah; bibit dengki  didalam hati kita. Yang membisikkan seolah pesaing kita adalah musuh yang mesti dibinasakan.
 
Maka mulai sekarang sahabatku, jika Anda bersaing. Baik dalam urusan bisnis, karir, maupun percintaan. Pastikan hati Anda bersih. Sehingga persaingan itu tidak mengurangi kemuliaan pribadi Anda, dan tidak pula mengendorkan semangat juang Anda.
 
In sya Allah, Anda akan menjadi kontestan yang tangguh. Sekaligus memiliki akhlak yang baik. Sehingga apapun hasil dari persaingan itu; Anda tetap akan menjadi pribadi terpuji.
 
Dengan sifat itu, Anda tidak akan kehilangan respek dari orang lain. Entah Anda menang ataupun kalah. Lebih pentingnya lagi, Anda senantiasa mendapat tempat terpuji dimata Allah.

Dan untuk meningkatkan daya saing, kita tidak boleh berhenti mengasah diri. Kalau perlu, usulkan kepada boss untuk sesekali mengadakan pelatihan buat karyawan. Jika kantor Anda membutuhkan bantuan, jangan ragu menghubungi trainer yang tepat.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, October 09, 2014

Optimisme dan Iman dalam Hidup

Kalau orang pesimis gagal, nggak terlalu sedih. Soalnya dari awal sudah pesimis. Tapi kalau orang optimis gagal, sakitnya kerasa sekali. Apalagi kalau soal finansial. Nyesek banget.

Soalnya sudah keburu kredit ini dan itu. Dibayarnya nanti kalau sudah direalisasikan. Eleh-eleh ndilalah. Meleset. Padahal kartu kredit sudah digesek. Dan surat hutang sudah ditandatangan.
 
Jadi baiknya kita optimis atau pesimis? Orang pesimis jarang berhasil. Karena sikap pesimis menahan dirinya untuk bekerja secara optimal. Potensi dirinya pun hanya sedikit yang tergali.

Orang optimis, selalu terdorong mengerahkan segenap kemampuannya sehingga lebih dekat pada keberhasilan.
 
Makanya, temani optimism dengan 2 hal ini: 1. Bekerja bukan hanya karena uang. Lakukan pekerjaan ini tidak semata-mata demi uang. Melainkan demi mendapatkan restu Ilahi. Kalau beraktivitas dengan mengharap rido Allah, maka dapat uang atau tidak; kita tetap sudah memperoleh berkahNya.

2. Tenteramkan jiwa dengan iman. Sumber ketenteraman jiwa itu ternyata bukan optimisme. Melainkan keimanan kepada Tuhan. Optimisme hanya bisa membangkitkan harapan. Padahal, harapan sering tidak jadi kenyataan.

Beda dengan iman. Ketika sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, kita jadi rela menerima apapun hasilnya. Dan kita, berserah kepada Allah untuk segalanya.
 
Tenteram hati ketika iman menemani setiap ikhtiar kita. Optimisme, menjadi lebih kokoh saat disokong dengan iman. Karena dengan iman, optimisme kita selalu sampai digaris finis berupa "Penerimaan Atas Hasil Apapun Yang Didapatkan".
 
Sudahkah Anda menopang optimisme kita dengan kedua hal itu? In sya Allah.
 
Kesuksesan karir seseorang ternyata tidak hanya ditentukan oleh keterampilan kerjanya saja. Melainkan juga oleh sikap dan perilakunya. Makanya, penting untuk memberikan pelatihan soft skill kepada karyawan. Hubungi saya jika membutuhkan bantuan.

Oleh Dadang Kadarusman
Author, Trainer, and Public Speaker
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, April 11, 2014

Dalam Berkarier Wajib Berprasangka Baik

Semua orang merasakan dinamika dalam berkarier. Sebagian mungkin cenderung sangat dinamis, sebagian lagi datar saja. Apa pun itu, berbagai masalah dalam karier perlu dilihat sebagai tantangan. Untuk itu, dalam berkarier seseorang wajib membekali dirinya dengan prasangka baik.

Leadership Coach & Motivator, Ainy Fauziyah, mengatakan orang yang berprasangka baik selalu melihat masalah sebagai peluang. Peluang bahwa dirinya bisa menghadapi setiap masalah demi mencapai tujuan.

Karenanya, menurut Ainy, untuk bisa berprasangka baik, seseorang harus paham dan kembali kepada tujuan utamanya.

"Apa tujuan hidupnya. Kalau dalam karier, apa tujuan kariernya. Kalau sudah berprasangka baik tapi seseorang masih belum bisa juga mengatasi masalah, itu karena dia tidak tahu tujuannya apa," tutur Ainy kepada Kompas Female.

Ainy mengatakan setiap pribadi harus mengetahui apa tujuan hidupnya termasuk karier. Dengan mengetahui tujuan dalam berkarier, seseorang setiap kali terkena masalah baik dengan rekan kerja, atasan, bawahan, siapa pun dalam kariernya, ia tidak akan terjebak dalam kesedihan. Ia juga tidak akan minta dikasihani dan terhindar dari kebiasaan memelihara prasangka buruk.

"Mengapa seseorang harus tahu tujuan kariernya, apa yang diimpikannya? Supaya ia tidak lemah menghadapi permasalahan," kata Ainy.

Semakin baik tujuannya, kata Ainy, semakin mudah seseorang menjalani karier dan menghadapi berbagai dinamikanya.

"Tujuan berkarier adalah bagaimana membuat pekerjaannya tersebut memberi manfaat kepada orang lain. Bisa bermanfaat buat satu dua orang, kalau bisa buat 100 orang kenapa tidak," katanya.

Berprasangka baik, tutur Ainy, menyembuhkan hati yang luka juga menjernihkan pikiran sekaligus menyemangati diri sendiri.

"Orang yang berprasangka baik hidupnya nikmat tak terbatas," katanya.

Sumber: http://m.kompas.com/female/read/2014/04/11/1505564/Dalam.Berkarier.Wajib.Berprasangka.Baik
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Saturday, March 08, 2014

Pura-pura Bisa Supaya Benar-benar Bisa

Pada dunia kerja, setiap profesional muda seperti Anda, pasti dituntut untuk cakap dalam menyelesaikan tugas dengan baik, menghasilkan ide segar, atau menciptakan sesuatu yang baru.

Kenyataannya, saat proses eksekusi berlangsung, tak jarang pikiran malah jadi buntu. Tak ayal kondisi seperti ini membuat Anda jadi lekas panik, dan menunaikan tugas dengan prinsip asal selesai.

Anda tentu merasa tertekan dan malu dengan rekan kerja lainnya, bukan? Wajar Anda merasakan hal yang demikian, tetapi sayangnya sama sekali tidak menyelesaikan masalah.

Menurut Jonah Lehrer, penulis buku sains How We Decide dari Amerika Serikat, jika sedang menghadapi kondisi kurang nyampan seperti ini, disarankan untuk menerapkan teori "pura-pura bisa". Sekacau apapun kondisi yang Anda hadapi, belajarlah untuk percaya bahwa segalanya akan berjalan sesuai rencana.

"Panik hanya akan membawa kita pada pikiran negatif, merasa gagal, tak mampu menyelesaikan tugas dengan benar. Akhirannya malah membuat rasa percaya diri hancur," ujar Jonah.

Ketika merasa bahwa Anda tidak mampu, maka itulah yang akan terjadi. Namun, ketika merasa bahwa Anda mampu menyelesaikan tugas dengan baik, maka alam bawah sadar akan memancing otak dan tubuh untuk bereaksi sesuai yang Anda harapkan.

Lalu apakah pekerjaan akan selesai hanya dengan memikirkannya? Tentu tidak! Tergantung pada bagaimana usaha dan keinginan Anda. Supaya kreativitas hadir kembali, Jonah menyarankan Anda agar rehat sejenak, berikan waktu untuk diri sendiri untuk menganalisis setiap hal yang membuat pikiran tersumbat. Nah, sekali Anda menemukan penyebabnya, pasti akan lebih mudah untuk mencari solusinya. 

Sumber: http://m.kompas.com/female/read/2014/03/09/1309556/Pura-pura.Bisa.Supaya.Benar-benar.Bisa.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, February 07, 2014

Tulis tangan perkuat ingatan

Menulis di kertas, bukan mengetik di komputer, ternyata memperkuat daya ingat  dan kemampuan memahami konsep.

Menurut penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Psychological Science, mencatat dengan pulpen dan kertas, lebih meningkatkan kualitas belajar dibandingkan menggunakan laptop.

Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan ide dalam waktu yang panjang.

Selain itu, para peneliti mendapati bahwa menulis dapat menguatkan proses belajar yang tak dapat disamai dengan mengetik.

Penelitian tersebut dilakukan psikolog dari Princeton dan Universitas California, Los Angeles, Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer.

Mereka menguji efek menulis catatan pada mahasiswa dalam dua seri percobaan.

Dua kelompok mahasiswa diminta mendengarkan materi kuliah dari dosen yang sama.

Mereka diperbolehkan menggunakan semua strategi untuk menyimpan hal-hal penting di perkuliahan.

Satu setengah jam kemudian, partisipan diuji soal materi kuliah itu.

Hasil studi menunjukkan, mahasiswa yang menggunakan laptop "miskin" soal ide.

Mahasiswa yang menggunakan laptop cenderung lebih banyak menghasilkan catatan, tapi lebih berupa menyalin persis kata demi kata (verbatim) alias "transkrip tanpa otak". 

"Hal ini yang menghilangkan manfaat dari mencatat." .

Sementara itu, mahasiswa yang menulis  dengan tangan jauh lebih baik dalam kualitas belajar.

Penelitian itu menunjukkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan dan mengendapkan ide dalam kurun waktu lama dibandingkan dengan mengetik.

Studi sejenis yang dipublikasikan Intech menemukan bahwa menulis dengan tangan memberikan kesempatan kepada otak untuk menerima umpan balik.

Hal tersebut tidak terjadi jika orang menggunakan papan ketik (keyboard).

Pergerakan saat menulis dengan tangan "meninggalkan memori (daya ingat) pada bagian sensormotor otak" yang membantu orang mengenal huruf dan membangun hubungan antara membaca dan menulis.

Sumber: http://m.antaranews.com/berita/417971/tulis-tangan-perkuat-ingatan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Ingin Sukses? Beranilah Ambil Risiko

Persaingan yang sengit dalam dunia kerja membuat banyak orang ingin mengamankan posisinya masing-masing dan takut mengambil risiko. Padahal "bermain aman" sebenarnya berdampak buruk pada jangka panjang.

Kaum wanita biasanya adalah kelompok yang paling takut mengambil risiko. Sebenarnya secara genetik para wanita memang lebih jarang mengambil risiko dibanding pria, mereka cenderung menikmati zona nyaman yang sudah dimilikinya.

Ada beberapa alasan mengapa keberanian mengambil risiko bisa membawa kita pada kesuksesan.

1. Munculnya peluang besar
Kita cenderung melihat risiko secara negatif, karena dianggap berbahaya dan tidak bijaksana. Meski beberapa risiko memang demikian adanya, tapi sebagian besar kesempatan dan peluang besar baru muncul setelah kita mengambil risiko.

2. Lebih percaya diri
Kesempatan untuk belajar hal baru dan peran yang lebih menantang akan muncul setelah kita berani mengambil risiko. Kita pun juga menjadi lebih percaya diri.

3. Belajar dari risiko
Selain manfaat positif yang datang dari luar, sebenarnya dengan berani mengambil risiko kita juga mengalami perkembangan dalam diri. Kita jadi terlatih untuk mempercayai insting dan lebih bersemangat membuktikan pada orang lain kita mampu melakukan hal yang dianggap tidak mungkin.

4. Sukses harus diraih
Berani mengambil risiko mungkin adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk sukses. Dengan mengambil langkah lebih awal dari orang lain, kita akan bertemu dengan kemungkinan-kemungkinan tak terduga, termasuk potensi tersembunyi.

5. Harus penuh perhitungan
Jangan pernah takut untuk gagal. Namun tetap saja Anda harus menyiapkan diri agar sukses menaklukan tantangan. Anda tak cukup hanya memiliki ide tanpa melihat seluruh prosesnya dan menganalisa seperti apa hasil akhirnya.


Penulis: Lusia Kus Anna
Editor: Lusia Kus Anna

Sumber: http://m.kompas.com/female/read/2014/02/07/1350252/Ingin.Sukses.Beranilah.Ambil.Risiko
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Wednesday, February 05, 2014

5 Ciri Sikap Profesional dalam Berargumentasi

Ada lima hal yang menandakan Anda telah bersikap profesional dalam berargumentasi.

1. Hargai perbedaan pendapat
Ada banyak orang yang memiliki kepribadian berbeda, begitu juga dengan pendapat. Untuk orang tidak setuju dengan pendapat Anda, tak perlu bersikap memusuhinya. Jangan pernah menyebut pendapat mereka salah dan Anda yang benar.

Coba lakukan cara sederhana ini, bayangkan diri Anda dalam posisi mereka. Bagaimana perasaan Anda jika ada orang lain yang memojokkan Anda? Ada baiknya Anda bisa mengekspresikan ketidaksetujuan dengan cara yang halus dan sopan.

2. Akui kesalahan
Dalam suatu argumentasi, Anda menyadari bahwa ternyata pendapat Anda memang salah. Jangan habiskan waktu untuk ngotot mempertahankan pendapat Anda, apalagi pendapat yang salah. Mengakui kesalahan adalah sikap terhormat dan orang-orang juga akan lebih respek kepada Anda. Dengan menerima kesalahan Anda sendiri, orang-orang akan menghubungkannya pada sifat rendah hati. Setiap orang menyenangi orang yang memiliki sifat membumi dan rendah hati.

3. Mulai dengan sesuatu yang menyenangkan
Sebuah argumen biasanya dimulai ketika seseorang bertanya kepada pihak lain. Misalnya, si bos meminta Anda melakukan tugas dalam cara-cara tertentu. It's all about asking. Ketika Anda melakukan ini dalam cara yang bersahabat, Anda akan menenangkan orang tersebut dan "menyelamatkan" mereka dari tindakan defensif.

4. Buat lawan menyetujui
Apa pun masalah yang sedang dibahas, sebenarnya Anda bisa membuat lawan menyetujui pendapat kita. Masalahnya bagaimana membuat sang lawan mengalah dan berhenti menganggap Anda sebagai musuh. Inilah tantangannya. Jika Anda berhasil membuatnya menyetujui pendapat Anda, berarti Anda telah berhasil membuatnya sadar bahwa Anda berdua sebenarnya adalah teman yang cocok.

5. Biarkan mereka yang bicara
Selama argumentasi berlangsung, dengarkan pendapat lawan bicara dengan konsentrasi. Karena bagaimanapun, Anda takkan bisa memenangkan argumentasi jika Anda terus berbicara. Dengan mendengarkan pendapat mereka, Anda bisa mencari celah untuk mematahkan argumen mereka.

Editor: Lusia Kus Anna
Sumber: CHIC

Sumber: http://m.kompas.com/female/read/2014/02/05/1534017/5.Ciri.Sikap.Profesional.dalam.Berargumentasi
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, January 28, 2014

Begitu 'teng' jam 5, kita langsung 'go' (Teng-Go)

Kita lazim menyebutnya sebagai 'teng-go'. Begitu 'teng' jam 5, kita langsung 'go'. Salah nggak sih kalau kita teng-go?
 
Nggak salah. Karena lazimnya kan jam kerja itu jam 8 sampai jam 5. Sekalipun begitu, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal. Misalnya:
 
Pagi tadi kita masuk kantor telat gak? Kan nggak lucu kalau masuk kantor telat, tapi pulangnya cepat. Pasti total jam kerja kita kurang kan? Gak lucu. Dan gak profesional.
 
Kita ini ingin karir yang lebih dari sekedar 'biasa-biasa saja' nggak? Semua karyawan ingin karirnya istimewa. Tapi, hanyak sedikit banget yang usahanya, kegigihannya, keuletannya luar biasa.
 
Mengharapkan hasil luar biasa dengan usaha yang sama dengan kebanyakan orang? Hmmmh... Mesti dipikirkan lagi peluangnya keberhasilannya tuch.
 
Saya paham, bahwa tinggal lebih lama dikantor tidak selalu berarti baik. Ada yang karena kurang pandai mengelola waktu. Kalau time managementnya baik, pasti tidak mesti kerja selama itu.
 
Ya pembandingnya jangan orang begitu dong. Kalau ingin sukses, berkacanya mesti pada para profesional hebat. Bukan yang cetek gitu.
 
Intinya gini deh: Kita ini sudah dianugerahi potensi tinggi. Tempat kerja yang baik. Peluang yang banyak. Mau nggak, mengoptimalkan semua kebaikan itu untuk meraih pencapaian yang tinggi?
 
Bayangkan jika Anda bekerja dengan durasi lebih lama dari orang lain. Dan mengatur waktu lebih efektif dari orang lain. Produktivitas Anda pasti lebih tinggi kan? Peluang sukses pun terbuka lebih lebar. Kalau tidak teng-go.
 
Anda pasti ingin sukses. Tapi, bersedia membuang kebiasaan teng-go gak? Oh, hari ini sudah terlanjur teng-go ya? Baiklah. Mulai besok, dipraktekkan.
 
Jika masih butuh ilmu, sering-sering aja mampir ke www.dadangkadarusman.com
 
Kantor Anda akan mengadakan training ya? Berani mengusulkan untuk mengundang DEKA menjadi trainernya?  Call me at 0812 198 99 737 or Ms. Vivi 0812 1040 3327.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman  
Author, Trainer, and Publik Speaker

Sumber: Dadang Kadarusman via BBM

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, January 26, 2014

Kemampuan Mengambil Keputusan

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Salah satu tugas penting kita sebagai pemimpin adalah 'mengambil keputusan'. Semakin tinggi jabatan kita, bobot keputusan yang kita ambil pun menjadi semakin tinggi. Dampaknya semakin besar. Dan tentu saja, resikonya pun semakin bertambah pula. Jika sebagai pemimpin unit kerja kita tidak bisa mengambil keputusan yang tepat, maka bisa dibayangkan akibatnya kan. Lantas, apakah mengambil keputusan itu selalu mudah dilakukan? Tidak selalu sih pastinya. Kadang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit kan? Terus, gimana dong jika demikian.
 
Diantara keluhan yang sering mengemuka di kelas-kelas training kepemimpinan yang saya fasilitasi adalah penilaian para senior leaders terhadap para manager atau supervisor yang mereka pimpin dalam hal pengambilan keputusan. Cukup banyak loh senior leader yang menilai anak buahnya belum terampil dalam mengambil keputusan. Malah masih bergantung kepada boss besarnya. Padahal – kata mereka – mestinya kan di level itu bisa mereka selesaikan sendiri dong. Jika Anda tertarik untuk memenuhi harapan top management itu, saya ajak Anda memahami dan mempraktekkan 5 aspek Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
1.      Tidak ada keputusan yang benar 100%. Kita takut mengambil keputusan antara lain karena takut salah. Padahal, tidak seorang pun yang bisa mengambil keputusan yang dijamin 100% benarnya. Tidak ada juga keputusan yang bisa menyenangkan semua orang. Jadi, tidak perlu takut mengambil keputusan. Justru takutlah kalau tidak mengambil keputusan. Karena mengambil keputusan adalah tugas kepemimpinan kita. Kalau kita takut salah mengambil keputusan lalu kita jadi lebih berhati-hati, lebih teliti, lebih waspada; itu baik. Tapi kalau kita takut hingga tidak berani atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan maka itu pertanda kualitas kepemimpinan kita yang belum baik. Beranilah mengambil keputusan. Karena itu tugas kita.
 
2.      Pahami otoritas dan gunakan sebaik-baiknya.Jabatan kita disertai dengan otoritas atau kewenangan yang memungkinkan kita menjalankan kewajiban-kewajiban yang melekat pada jabatan itu. Misalnya, berapa % diskon yang boleh kita berikan kepada pelanggan tanpa harus konsultasi kepada atasan. Atau, berapa biaya yang boleh dikeluarkan untuk mendukung sebuah event. Memahami otoritas itu sangat membantu kecepatan dan efektivitas pengambilan keputusan. Jika keputusan itu masih dalam otoritas kita, kenapa mesti 'nelfon' atasan dulu kan. Jika kita tidak paham otoritas dan batasannya bisa-bisa kita takut mengambil keputusan, atau berani; tapi menyalahi kewenangan yang ada kan?
 
3.      Bantu kolega atau atasan dengan alternatif solusinya. Kalau keputusan atas penyelesaian suatu masalah itu ada dalam batas otoritas kita, ya kita putuskanlah. Tapi, tidak semua masalah yang kita hadapi keputusannya ada dalam otoritas kita kan? Bisa jadi, otoritasnya ada pada kolega kita di team lain. Atau pada atasan yang lebih tinggi. Meski begitu, kita tidak bisa cuek bebek saja, jika masalah itu juga menyangkut unit kerja kita. Sehingga, kita perlu membantu kolega yang pemimpin unit lain atau atasan itu dengan memberi mereka pilihan solusinya. Soalnya kalau masih menyangkut team kita, ada kepentingan kita kan. Dengan begitu, mereka bisa melihat peluang penyelesaiannya dengan lebih cepat dibandingkan mereka harus memikirkannya dari awal kan. Dan unit kerja kita bisa merasakan manfaatnya juga.
 
4.      Perhatikan gejalanya, selesaikan akar masalahnya. Kita sudah sejak lama mengambil keputusan, dan masalah pun bisa diatasi dengan baik. Tapi, kenapa masalah yang sama kerap muncul berulang-ulang? Itu karena kita hanya menyelesaikan 'symptom' atau gejala yang tampak dipermukaan saja. Kita, tidak menyelesaikan akar masalahnya. Seperti Anda menebang pohon pisang. Dia akan tumbuh lagi, dan terus tumbuh lagi meski ditebang lagi. Kecuali jika Anda membongkar akarnya. Masalah pun sama. Akan muncul lagi dan terus muncul lagi, jika kita tidak menyelesaikan akar masalahnya. Gejala atau dampaknya memang penting untuk ditangani. Tapi, akar masalahnya itu mesti dituntaskan.
 
5.      Pastikan eksekusinya berjalan sebaik mungkin. Buruknya hasil dari keputusan yang kita ambil seringkali bukanlah disebabkan oleh keputusan itu sendiri. Melainkan, karena buruknya eksekusi atau implementasi keputusan yang sudah kita ambil itu. Keputusannya sudah benar, tapi eksekusinya buruk. Hasilnya? Pasti buruk. Sekarang coba lihat lagi dikantor Anda, lebih banyak eksekusi yang bagus atau yang buruk? Kalau masalah ditempat kerja Anda tidak kunjung selesai; kemungkinan eksekusi yang buruk lebih banyak dari eksekusi yang baik. Perhatikan anak buah Anda. Kolega Anda. Orang-orang yang terkait dengan eksekusi itu. Apakah mereka sudah melakukan peran masing-masing dengan baik? Biasanya, inilah titik kritisnya.
 
Setiap orang yang punya jabatan, pasti harus mengambil keputusan. Maka salah satu cara mengukur apakah kita sudah menjadi pemimpin yang bagus atau belum adalah dari bagaimana kita mengambil keputusan itu. Kalau kita sudah terampil mengambil keputusan, maka mungkin kita sudah menjadi pemimpin yang lebih baik. Tapi kalau kita masih ragu, takut, atau 'sembunyi dibawah ketiak' boss kita untuk mengambil keputusan penting; artinya, kita mesti lebih serius lagi mempertajam kemampuan dalam proses pengambilan keputusan itu.  Dengan begitu, kelak kita bisa menjadi pemimpin yang lebih baik kan? In sya Allah.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 27 Januari 2014
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
Penulis Novel "DING and HER GOKIL PAPA!"
DK: 0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan Kaki:
Sewaktu masih menjadi staff, wajar jika masih bergantung pada atasan dalam proses pengambilan keputusan. Tapi kalau sudah menjadi supervisor, manager atau pemimpin unit kerja; ya tidak cocok lagi dong sikap seperti itu kan? Sudah saatnya sekarang untuk mengambil keputusan, sesuai dengan jabatan dan kewenangan yang kita pegang.

Sumber: Bisnis_Center@yahoogroups.com
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Related Posts with Thumbnails